7 Hal yang Wajib Anda Lakukan Sebelum Main Saham

STOP! Jangan dulu beli saham 1 lot-pun sebelum anda melakukan 7 hal ini. Sebab sudah banyak sekali korban berjatuhan gara-gara mengabaikan 7 hal ini.

Investasi saham adalah termasuk golongan investasi high risk. Apalagi high risk-nya itu legal. Misalnya anda punya dana pensiun lalu anda masukkan ke saham dan eh sahamnya anjlok gak bangun-bangun gak ada aktifitas transaksi, maka dipastikan duit anda akan nyangkut selamanya di sana.

Bahkan saham yang dulunya masuk LQ45 sekalipun sekarang ada yg jadi saham gorengan kelas bawah. Sebab tidak ada yang abadi di dunia. Ada kalanya yg di atas pindah ke bawah dan yang bawah pindah ke atas.

Maka pastikan anda sudah melakukan 7 hal ini sebelum mulai main saham dan membeli saham

1. Pelajari Ilmu Analisa Saham

Tidak peduli anda mau pakai analisa teknikal atau analisa fundamental atau analisa model lain, yang jelas anda harus tahu ilmunya dan harus belajar. Tidak ada istilah pokoknya harus begini harus begitu.

Bahkan jika anda ikut grup premium yang memberikan stock pick tiap hari, anda tetap butuh ilmu. Karena sering kali justru anggota2 grup premium yang nyangkutnya paling gede sebab dia percaya penuh pada founder grupnya.

2. Miliki Rencana Trading atau Trading Plan

Sebagaimana orang masuk hutan, anda harus punya rencana. Rencana bukan cuma beli lalu jual pas harga naik. Itu bukan rencana, itu namanya harapan. Rencana itu selalu 2 arah. Kalau naik bagaimana? Kalau turun bagaimana?

Kalau naik anda akan jual atau average up?
Kalau turun anda akan jual atau nambah posisi alias average down?
Atau anda akan hold saja. Lalu kapan akan ambil profit?

Bahkan mereka yang hanya mengharap deviden juga punya strategi, saat perusahaan sudah tidak membagi deviden lagi ya dia segera keluar dari saham itu dan cari saham lain.

Dengan memiliki rencana, anda akan mampu mengelola resiko. Jika memang siap nyangkut puluhan persen dan siap average down, berarti anda juga harus siap cash. Jangan sampai planningnya siap turun puluhan persen eh duit gak ada. Lalu cuma menonton doang saham pada merah.

3. Disiplin pada Aturan Trading Sendiri

Seorang trader atau investor pasti punya aturan sendiri sebelum membeli sebuah saham. Dia punya kriteria saham pilihannya sendiri. Harus begini dan harus begitu. Kalau kebetulan tidak ada ya dia santai saja.

Dia tidak terpengaruh stock pick atau pom-pom yang beredar di grup-grup saham. Fokus pada aturannya sendiri, dan menjalani aturannya sendiri dengan disiplin.

Anda boleh saja punya beberapa aturan trading. Tapi pastikan disiplin. Jangan sampai waktu beli pake aturan A eh pas tidak sesuai kenyataan ganti ke aturan B. Biasanya akan berantakan hasil akhirnya.

4. Gunakan Uang Dingin

Sering dapat kabar seseorang yang memakai uang arisan atau uang hutang pinjol dipakai untuk main saham. Harapannya sih setelah dapat profit, uangnya dikembalikan. Eh ternyata malah loss dan harganya gak kunjung naik padahal loss-nya juga sangat dalam.

Maka, dalam bisnis apapun apalagi bisnis saham, jangan pernah pakai uang panas atau uang yang akan dipakai untuk keperluan lain.

Idealnya anda benar-benar punya tabungan khusus untuk investasi dan ini siap hilang untuk belajar. Ya anggap saja investasi belajar.

Jangan pernah mimpi baru terjun saham langsung untung. Ada sih yang kebetulan seperti itu, tapi begitu jalan 1-2 tahun mulai kena hajar market dan loss-nya jauh lebih besar dari untungnya.

5. Trust No Body

Di dunia saham ada banyak orang yang begitu baik hati ngasih clue saham-saham yang berpotensi naik. Banyak orang dengan senang hati ngajarin anda ini dan itu. termasuk saya salah satunya hehehe… Tapi motivasi masing-masing orang boleh jadi bisa beda total.

Sudah sering terjadi seorang suhu sudah masuk di suatu saham pada harga yang rendah. Lalu dia mulai woro-woro kalau saham ini berpotensi nyampe ke harga sekian.

Begitu banyak yg masuk.. eh dia malah keluar dan meninggalkan para pengikutnya nyangkut di atas.

6. Kuasai Money Management

Kemampuan mengelola cash adalah kemampuan penting dalam bisnis investasi. Sebab kalau sampai kita kehabisan cash dan tak tahu bagaimana mendapatkannya dengan cepat, maka banyak momen yang akhirnya malah ketinggalan.

Apalagi kalau kita asal-asalan nyemplung saham, maka anda akan jadi korban selanjutnya dari ribuan bahkan jutaan trader pemula lain.

Money management yang ketat akan mengontrol emosi anda saat transaksi saham. Kalau emosi terkendali, anda bisa dengan waras menentukan apakah membeli, menjual atau apa.

7. Miliki Jurnal Trading

Manusia itu punya sifat lupa, sehebat apapun ingatannya, pasti ada yang dia lupa. Maka penting sekali mencatat semua hasil trading anda dalam sebuah jurnal trading.

Jurnal akan membantu anda memantau perkembangan system trading anda dari waktu ke waktu. Kalau ada masalah, anda bisa dengan mudah mengetahui masalahnya dengan melihat kembali chart di waktu tersebut.

7 Hal yang Wajib Anda Lakukan Sebelum Main Saham 1
Contoh Trading Jurnal

Ini adalah trading jurnal saya tahun lalu. Banyak yang cutloss hehehe… Dan memang tahun 2021 saya cutloss sebanyak 174x dan trailing stop hanya 71x.

Kalau gak pake jurnal dan cuma modal inget-inget doang, pasti yang diingat cuma cutloss-nya doang lalu ambil kesimpulan system tradingnya gagal.

Padahal dengan loss sebanyak itu, secara modal saya profit 15% dalam tahun itu lho.

Nantinya tinggal mengevaluasi lagi hasil tradingnya, cek kembali chart pada tanggal beli. Lalu bandingkan kenapa dia berakhir loss dan kenapa yang lain profit. Kalau punya catatan lengkap gini kan enak. Ya toh?

Apakah Modal bisa Hangus di Saham?

Maraknya investasi bodong dimana korbannya kehilangan seluruh uangnya, pastinya akan menimbulkan pertanyaan juga, apakah modal di saham bisa hangus juga?

Normalnya sih tidak bisa. Saya sulit menemukan sebuah skenario seorang investor saham sampai kehilangan seluruh uangnya.

Skenario yang mungkin terjadi adalah anda beli saham perusahaan yang udah rugi bertahun-tahun, hutangnya numpuk terus, harganya pun cuma 50 doang. Dan, anda taruh semua uang anda di sana entah kenapa.

Lalu beberapa bulan kemudian sahamnya kena delisting atau dinyatakan bangkrut. Nah, kalau itu yang terjadi, maka lenyap deh uang anda. Sebab dengan hutang yang melebihi asset, dipastikan penjual asset akan seluruhnya dihabiskan untuk membayar hutang dan investor tidak mendapatkan sepeserpun.

Tapi.. itu skenario yang jarang bahkan sulit terjadi. Yang memungkinkan adalah uangnya tergerus terus sampai tinggal sekian persen saja. Tapi inipun juga rasanya kok sulit diwujudkan ya.

Contohnya modal anda 10 juta dan all in di 1 saham. Lalu turun 50% anda cutlose. Sisa 5 juta-nya anda belikan lagi all in di 1 saham dan turun lagi 50% anda cutlose. Sisa 5 juta, dst hingga tidak bisa dibelikan saham lagi 1 lot-pun

Kalau dibuat tabel maka seperti ini hasilnya:

Apakah Modal bisa Hangus di Saham? 2
Uang hangus dari saham

Kalau anda seberuntung itu, mampu mencari saham yang bisa loss 50% selama 11x trading, maka dalam 11 hari uang anda akan tinggal 4rb dan gak bisa buat beli 1 Lot saham-pun hehehe..

Tapi… kok sulit ya.

Bukan hilang tapi nyangkut

Yang sering terjadi adalah seperti ini. Beli saham 10 juta all in. Lalu turun nih sampai 50% bahkan 70% dibiarin aja. Lalu dia naik hingga loss-nya tinggal 20% lalu turun lagi jadi loss 50% lagi lalu bisa naik sampai profit 10% lalu turun lagi, begitu seterusnya 😀

Apakah Modal bisa Hangus di Saham? 3

Apalagi kalau perusahaannya termasuk sehat, perusahaan bonafit, maka peluang untuk hangus pasti akan semakin kecil.

Yang ditakutkan para investor itu sebenarnya cuma soal waktu, apalagi bagi para manager investasi ya. Mereka ini tiap tahun harus bikin laporan kinerja. Kalau sampai buruk dan gara-garanya adalah memilih saham-saham gorengan misalnya dan tidak sesuai peraturan, jelas mereka akan kena pecat.

Sementara investor ritel atau personal yang uangnya juga uang dingin yang gak pernah dipakai, ya biasanya gak terlalu masalah mau turun berapapun. Ada uang lagi ya dipakai beli lagi karena harganya dinilai murah. Mau berapa tahunpun gak masalah, sebab saham gak kenal kadaluarsa.

Apalagi kalau sudah dianalisa potensinya. Misalnya nilai asset per saham-nya ini 10x lipat harga sekarang. Maka cepat atau lambat, harga pasti akan naik mengikuti nilai assetnya.

Tinggal nyicil di bawah deh, mau 1-3 tahun gak masalah. Hingga pada saatnya duaar banyak yg tahu dan akhirnya jual semua sebab harganya udah melebihi nilai asset-nya.

Jadi.. mungkinkah modal saham hangus tak bersisa?

Kalau secara teori ya mungkin saja. Tapi kalau praktek rasanya kok susah banget ya. Ada banyak pemula saham yang asal beli saham tapi ya ujung-ujungnya cuma nyangkut doang. Lalu pas harga naik lagi dia buru-buru jual dan gak pernah nyoba saham lagi.

Apalagi kalau anda pakai money management, pakai risk management, serius belajar, serius bikin jurnal saham sehingga bisa memperbaiki setiap langkah trading, hasilnya tentu bumi dan langit. Awal-awal mungkin gak terlalu berasa hasilnya, tapi seiring pengalaman tentu akan sangat berbeda.

Risk Management Investasi Saham

Risk Management adalah ilmu pengelolaan resiko yang wajib dimiliki oleh setiap investor. Tanpa risk management yang tepat, maka anda akan jadi korban bursa saham selanjutnya menyusul korban-korban lain yang sudah mendahului kita.

Saya membagi risk management dalam 3 model. Namun dalam prakteknya saya hanya memakai 2 saja. Sebab seperti pernah sampaikan di tulisan sebelumnya saya hanya pengikut tren, dan pengikut tren biasanya cuma pakai 2 risk management saja.

1. Risk to Reward Ratio

Ini adalah risk management dasar yang sebaiknya anda tahu sebelum mulai membeli saham. Ingat ya.. anda harus sudah menentukan ini SEBELUM beli, bukan saat sudah beli saham.

Idealnya risk to reward ratio itu adalah 2x. Artinya jika resikonya 1, reward-nya harus 2.

Contohnya gini, saham ABCD harganya Rp. 1.000. Rencana anda jika dia turun di 900 maka anda akan cutlose. Nah, berarti resiko anda adalah 100.

Maka, anda harus punya target profit minimal 200 yaitu 2x resiko.

Nah, jika support dan resistennya terlalu mepet, mungkin karena sudah terlalu tinggi harganya, sehingga jika nyampe resisten hanya 1.100 misalnya, maka berarti R/R-nya hanya 1x saja. Ini jelas bukan investasi yang menguntungkan 🙂

risk management saham

Tapi.. bagi trend follower seperti saya, R/R ini cuma hitungan saja hehehe… Sebab trend follower tidak pakai Taking Profit sehingga R/R-nya jarang dihitung. Walaupun ada juga yg menjadikan R/R sebagai acuan menentukan Trailing Stop.

Contohnya gini. Seorang trend follower akan beli Saham ABCD di harga 1.000. Dia tentukan SL di 900. Nah, saat harga mencapai 1250, dia ubah SL-nya jadi trailing stop (TS) di 1.200. Dia belum jual, tapi sudah bisa dipastikan dia mendapatkan 2x resiko.

Jika harga terus naik ya dia tinggal mengubah terus TS-nya semakin naik mengikuti pergerakan harga. Saat harga lalu berbalik arah dan kena TS barulah terjual. Setelah itu baru dihitung berapa R/R-nya. Boleh jadi bisa sampai 5x risk lho.

2. Risk per Trade

Saya sudah menyinggung risk per trade (RPT) ini di tulisan sebelumnya tentang money management. Di sini saya akan coba lebih detilkan lagi risk management saham yang satu ini agar semakin jelas. Sebab menurut saya, diantara semua risk management, inilah yang paling penting untuk diperhatikan.

Risk per Trade kalau kata guru saya adalah resiko yang siap anda tanggung setiap kali gagal trading. Jadi hitungannya adalah per transaksi. Nah, menghitungnya dari equity atau modal anda.

Misalnya anda punya modal untuk trading saham sebesar 10 juta. Dan sekali anda trading, anda siap kehilangan 100.000 misalnya maka ini berarti RPT anda adalah 1%.; Maka modal akan akan habis setelah 100x trading dan kena cutlose berturut-turut hehehe….

Siap?

Misal anda mau beli saham ABCD dengan harga 1.000. RPT 1% dan modal anda 10juta. Berarti RPT-nya 100rb. Anda tetapkan cutlose di harga 900. Berarti lose-nya 100. Maka tinggal hitung saja jumlah sahamnya yaitu 100rb / 100 = 1.000 lembar atau 10 Lot. Ini adalah nilai maksimal pembelian saham anda.

Jika analisa anda salah lalu kena cutlose berarti anda hanya akan kehilangan 100rb dan itu sudah anda prediksi sejak sebelum beli saham.

Gak rela kehilangan 100rb? Lha berapa relanya? Itu harus anda hitung duluan SEBELUM beli saham. Mau nggak mau, anda akan berhadapan dengan harga yg tidak sesuai prediksi, jadi harus anda perhitungkan dengan baik resikonya.

RPT hanya bisa dihitung oleh mereka yang menerapkan cutlose. Sementara bagi yang tidak ya artinya RPT-nya 100% alias nyangkut sedalam apapun gak masalah. Maka kembali ke style trading masing-masing. Toh duitnya duit sampeyan sendiri, bukan duit saya 😀

Saya kebetulan pakai 2 system trading bersamaan. Yang satu menggunakan RPT 0,4% sedangkan satu lagi tanpa RPT sebab memang saya fokuskan untuk beli saham-saham yg rajin bagi deviden saja. Jadi saya gak terlalu pengaruh dg harga. Justru kalau harga lagi murah saya malah beli lagi.

Dengan RPT 0,4% berarti butuh 250x salah trading berturut-turut tanpa profit sama sekali untuk menghabiskan modal hehehe..

Tapi pada prakteknya di tahun 2021 kemarin total saya loss 165x dan profit 71x tapi secara YTD profit saya dalam setahun alhamdulillah dapat 15,30%. Jadi modal 10 juta di awal tahun, jadi 11.530.000 di akhir tahun. Sangat lumayan toh, jauh lebih tinggi daripada IHSG dan dari Deposito hehehe…

Dengan memakai RPT, berarti anda sudah membatasi kerugian dan membiarkan keuntungan melayang setinggi-tingginya.

3. Risk Per Month

Risk per month (RPM) adalah risk management tingkat bulanan. Ini dihitung hanya selama bulan berjalan saja. Nanti di awal bulan akan direset lagi menjadi nol.

Misalnya anda siap nih dalam 1 bulan kehilangan 10% modal. Maka jika tiap bulan berturut-turut anda rugi, uang anda baru akan habis setelah 10 bulan. RPM ini biasanya digabung dengan RPT.

Maka, jika RPT anda 1% misalnya, begitu rugi 10x berturut-turut maka di bulan itu anda harus stop. Sebab kerugian dalam bulan itu sudah mencapai RPM 10%.

Misal dalam sehari anda beli 10 saham, eh besoknya kena cutlose semua sehingga tersentuh RPM 10%-nya, maka selesai sudah anda harus belajar lagi hingga awal bulan depan.

Sebab dg 10 trade berturut-turut rugi, itu artinya system anda belum teruji dengan baik alias ngawur 😀 Bahkan untuk dibilang ngawurpun kurang cocok. Terlalu sempurna kerugiannya sampai 10x berturut-turut.

Tentukan Risk Management anda sendiri

Risk Management Saham itu sifatnya lebih ke personal ya. Jadi angka-angka yang ada di sini adalah murni opini pribadi saya sendiri yang nyaman menurut saya. Boleh jadi buat anda itu terlalu kecil atau malah terlalu besar.

Yang ingin saya tekankan di sini adalah setiap bisnis ada resikonya, termasuk di bisnis saham. Bahkan saham juga disebut sebagai high risk investing. Artinya faktor resiko di saham itu sangat besar dan bukan tidak mungkin untuk terjadi.

Maka, tugas anda adalah mengendalikan resiko itu agar tidak memberikan pengaruh terlalu besar pada kinerja portofolio anda secara keseluruhan.

Seorang trader dan investor handal akan melihat kinerja portofolio secara menyeluruh, bukan per trade. Maka seorang investor handal tidak akan mungkin berinvestasi di 1-2 perusahaan saja. Dia akan meletakkan telur di banyak keranjang untuk meminimalisir resiko 🙂

Money Management Saham

Pembeda antara seorang trader saham pemula dan kawakan adalah di money management saham. Seorang trader sejati tidak asal beli saham dan tidak ngawur saat membelanjakan saham. Mereka akan mengelola uangnya dengan baik sehingga tidak pernah sampai kekurangan cash dan kehilangan moment.

Strategi money management saham tiap orang tentu berbeda tergantung cara mereka dalam mengatur rule trading.

Namun, biasanya money management ini terkait dengan risk management juga. Sebab bagaimanapun faktor resiko adalah pertimbangan utama seorang trader.

Ini seperti orang melompat di udara. Dia ingin dapat melompat setinggi-tingginya tapi dia sadar bahwa seberapapun dia melompat, akhirnya akan jatuh juga. Maka dia pasang jaring pengaman atau jika sangat tinggi bisa menggunakan parasut.

money management saham

Contoh Money Management Saham Sederhana

Saya akan berikan beberapa contoh money management saham yang sering dipakai para trader dan saya pakai juga

1. Bagi sama rata

Contoh paling simple dan sangat mudah diterapkan bagi pemula adalah pembagian saham menjadi 10 bagian sama besar. Jadi anda membeli 10 saham dengan nilai yang sama. Misalnya punya uang 1 juta ya tinggal bagi 10 menjadi 100rb per saham.

Lalu anda belikan saham-saham yang sesuai dengan analisa anda. Saya pakai metode ini untuk pembelian saham-saham yang menghasilkan deviden. Jadi saya bisa dapat deviden dari 10 perusahaan yang berbeda.

Keuntungan pakai cara ini yang pertama adalah mudah dalam mengelola uangnya karena tidak perlu hitung-hitungan rumit. Yang kedua hasilnya juga bisa diprediksi dengan mudah.

Nantinya hasil deviden itu akan saya belikan ke saham lain yang nilainya sedang turun sehingga porsi saham itu semakin banyak dan ketika pembagian deviden hasilnya cukup besar 🙂

2. Berdasarkan Risk per Trade (RPT)

Ini agak rumit sedikit ngitungnya sebab anda harus tahu dulu berapa nilai kerugian dalam sekali trading. Misalnya sekali beli dan salah anda siap kehilangan uang 10.000, maka berarti RPT anda 10rb.

Nah, misal mau beli saham ABCD di harga 1.000 dan kalau dia turun di harga 900 anda akan cutlose alias jual rugi. Maka artinya resikonya adalah 100.

Tinggal hitung deh RPT / kerugian = 10.000/100 = 100.

Jadi, untuk saham ABCD anda hanya akan beli 100 lembar saja atau 1 Lot.

Saya pakai ini untuk trading yang menggunakan system trend follower. Dengan cara ini, saya tinggal menyiapkan auto sell saja. Ketika harga saham turun ke angka itu, saya sudah siap bahkan sudah bisa memperkirakan sebelumnya.

3. Money Management system Piramida

Ini biasanya dipakai oleh para trader yang anti cutlose. Jadi mereka tidak akan menjual sahamnya jika masih rugi.

Contoh paling simple misalnya anda sudah siapkan dana untuk membeli saham ABCD dg harga per Lot 100 dan anda akan avg down tiap dia turun 10. Dana yang disiapkan sebesar 1 juta. Nah, anda bagi dulu jadi seperti ini:

SatuanJml. DanaHargaJml Lot
130.0001003
260.000906
4120.0008015
8240.0007034
16480.0006080
TOTAL930.00067138

Jadi dana 1.000.000 dibagi dulu menjadi 31 satuan dengan komposisi seperti tabel di atas. Hasilnya per satuan nilainya adalah 30.000. Sehingga saat beli pertama kali, hanya beli 1 satuan saja alias max. 30.000. Dapatnya hanya 3 lot saja.

Nah, ketika harganya turun jadi 90, keluar deh satuan kedua yaitu 2 dengan nilai 60rb. Dapatnya 6 Lot saham. Demikian seterusnya hingga sampai harga 60 dengan jumlah total dana yang keluar adalah 930rb dan mendapatkan 138 lot dengan nilai rata-rata sahamnya adalah 67.

Maka ketika harga naik di level 70, anda sudah mulai profit. Biasanya ketika menjual juga tidak langsung semua melainkan mengikuti pola piramida juga.

Saya sendiri tidak pakai system ini soalnya terlalu ribet hehehe… Biasanya juga gak bisa pegang banyak saham kalau pakai cara ini.

Kesimpulan Money Management Saham

Kesimpulannya, apapun money management yang ingin anda terapkan, pastikan sudah melakukan simulasi dulu dalam kondisi market yang berbagai macam. Jangan sampai kita berubah-ubah dalam money management.

Misalnya sudah coba pakai model bagi rata, eh harga turun terus lalu ganti sistem piramida pakai dana untuk pembelian saham lain. Ya langsung berantakan portofolio anda sehingga mengukur keberhasilan juga semakin sulit.

Maka pahami metode money management saham yang sesuai dengan style anda dan lakukan simulasi dulu sebelum akhirnya memutuskan memakai uang beneran 🙂

Salah Analisa Emas

Di artikel saya sebelumnya pada tanggal 1 Juni 2021 yang berjudul Beli Emas pakai Duit Orang lain saya tunjukkan bagaimana cara membeli emas secara cicilan tanpa bunga sehingga kita bisa lock harga emas sekarang dan membayarnya dengan cara dicicil selama 1 tahun.

Salah Analisa Emas 4
Harga cicilan emas

Bisa dilihat di sana, harga saat saya memulai cicilan emas adalah 896rb-an. Dan ternyata saya salah analisa sehingga harga emas saat turun lumayan banyak. Per pagi ini saat saya menulis artikel ini, harga emas di Pluang adalah 865rb-an. Malah beberapa hari yang lalu sempat menyentuh angka 845rb.

Artinya, dari emas yang saya beli di atas, saya rugi 3,45%. Kalau kemarin ambil cash 10gr, berarti saya kehilangan duit 310rb dalam sebulan. Yaa kecil sih sebenarnya tapi kan itungannya rugi gitu lho hehehe…

Kalau dibanding beli emas fisik sih 3,45% masih untung, sebab beli emas fisik itu ruginya saat beli adalah 9-10% lebih tergantung pecahan berapa yang anda beli. Kalau emas perhiasan, bisa lebih kejam lagi pemangkasan harganya.

Untungnya.. lagi-lagi untung dong.. saya belinya pakai cara cicilan hehehe… Jadi walaupun seolah saya rugi, tapi karena emasnya belum saya bayar full, maka ya gak kehilangan duit, lha wong belum saya bayar kan?

Saya masih bisa serok bawah saat emas turun kemarin. Lumayan banget toh?

Salah Analisa Emas 5
Chart harga emas vs USDIDR hingga penutupan pasar 25 Juni 2021

Itulah kenapa manajemen keuangan dalam investasi itu penting. Lebih baik pusing ngatur duit daripada pusing kehilangan duit. Sebab, banyak investor gagal itu bukan gara-gara salah prediksi. Tapi gara-gara gagal mengelola keuangan.

Di Crypto kemarin udah banyak korbannya. Bahkan yang sampai sekarang duitnya nyangkut juga ada. Mau jual gak berani rugi, gak dijual eh harganya turun terus. Pas dia jual malah naik lagi hahaha.. Puyeng dah lu.

Pentingnya Manajemen Resiko

Maka, penting banget mengelola resiko. Gak cuma di saham saja, tapi di semua sektor. Bahkan gak cuma di investasi saja, di kehidupan sehari-hari juga.

Banyak orang kecewa, stress, frustasi sebenarnya bukan gara-gara rugi atau kehilangan uang. Dia terlalu mengabaikan resiko. Uang tinggal 500rb, eh ada orang hutang 500rb dikasihkan semua. Ya kalau orangnya amanah lalu bayar tepat waktu, kalau nggak?

Lagi hype crypto lalu duit simpanan dibelikan semua. Awal-awal naik seneng, ganti duit arisan masuk. Eh tiba-tiba dibanting dan bingung mau cutlose atau hold. Akhirnya milih hold sambil berharap harga naik. Lha ternyata malah nyungsep hehehe…

Saya walau saat ini lagi doyan nabung emas, tapi masih ada simpanan dalam bentuk saham. Di saham sendiri tidak all in di satu emiten, melainkan saya bagi lagi menjadi beberapa emiten.

Saham-saham itu saya pilih yang rajin membagi deviden saja. Besarnya variatif sih, terkadang dapat sampai 9% seringkali ya cuma 3-4% saja. Tapi lumayan masih bisa growth tiap tahunnya.

Crypto bagaimana? Saya belum menemukan pondasi yang kuat dari crypto jadi ya masih wait and see dulu aja. Lagipula MUI sudah memberikan fatwa haram untuk investasi crypto jadi ya udah cuma memantau teman-teman aja yang berjuang lolos dari jurang loss hehehe..

Bagaimana dengan anda? Investasi dimana sajakah anda? Silahkan tulis di komen ya.