Analisa Teknikal Saham

Analisa teknikal saham adalah analisa terhadap pergerakan harga saham. Gampangnya semua yang anda lihat dan anda putuskan setelah melihat chart saham ya disebut analisa teknikal.

Apa hubungannya pergerakan harga dengan kualitas perusahaan?

Pertama perlu kita tahu dulu alasan pertama kali kenapa orang beli saham. Yaitu untuk mendapatkan bagi hasil dari keuntungan perusahaan kan? Dalam hal ini deviden.

Tapi nilai perusahaan bukan cuma sekedar deviden ada juga aset. Jadi ketika anda beli saham pertama kali asetnya hanya senilai 10 milyar lalu setelah 10 tahun jadi 100 milyar, maka berarti ada pertumbuhan 10x lipat selama 10 tahun.

Sudah pasti nilai saham anda naik kan? Kok bisa?

Misalnya saat masih 10 milyar, harga sahamnya 1000 dengan jumlah saham 10 juta. Berarti nilai aset dan harga sahamnya sama yaitu 1x.

Nah, saat assetnya tumbuh jadi 100 milyar, sementara jumlah saham tetap, berarti tiap saham kan nilainya adalah 10.000.

Maka jika anda jual saham anda dengan harga 9.500 misalnya apakah ada yang beli? Ooo pasti ada dong sebab itu sangat murah banget. Makanya ketika asset perusahaan naik, biasanya harga sahamnya juga ikutan naik. Sebab orang juga pengen dapat cipratan asset itu.

analisa teknikal
Analisa tekninal saham

Nah, asset perusahaan bisa tumbuh kan karena bisnisnya jalan dengan baik. Maka ketika ada berita-berita misalnya perusahaan minyak menemukan sumur minyak baru, maka artinya beberapa tahun ke depan assetnya pasti nambah kan, sebab punya sumur minyak baru nih.

Atau ketika laporan penjualan terus meningkat, udah pasti akan ada pertumbuhan asset juga misalnya mesin baru, pabrik baru, dst.

Laporan dan berita itu datang silih berganti dan harga saham mengikutinya.

Makanya para analisis teknikal saham percaya, kondisi perusahaan akan tercermin dari harga sahamnya.

Contohnya jika saham itu mau ambruk, pasti orang-orang di lingkaran kekuasaan pemegang utama saham akan kabur duluan toh? Mereka akan rame-rame jual sahamnya. Akibatnya apa? Harga saham akan turun.

Atau misalnya perusahaan menemukan sumur minyak baru, pasti orang2 di lingkaran kekuasaan akan borong saham sebanyak-banyaknya duluan. Dan sudah pasti harganya jadi naik.

Barulah setelah mereka puas borong, dikeluarkan berita hehehe… Maka kalau beli saham hanya karena berita biasanya akan terlambat 😀

Membaca perilaku pasar

Selain membaca perilaku para penguasa di perusahaan, analisa teknikal saham juga membaca perilaku pasar pada umumnya. Bagaimanapun manusia itu terhubung satu sama lain. Ketika ada yang bergerak, maka akan ada yang mengikuti gerakannya.

Kalau tidak percaya coba perhatikan orang-orang di kereta api, secara tak sadar bisa sampai 3-4 orang posisi duduknya sama atau posisi tangannya sama.

Demikian juga dengan pasar saham. Ketika banyak orang rame-rame beli saham, maka biasanya akan banyak yang mengikuti sehingga harga jadi naik. Demikian juga saat rame yang jual, besoknya jadi banyak yg jual.

Maka kalau sering memperhatikan chart saham, akan ada banyak pola yang hampir selalu bisa dipastikan gerakan berikutnya seperti apa. Walau untuk membentuk pola itu terkadang tidak selalu berhasil.

Semua pergerakan itu entah dari orang yang punya dana besar atau para retail yang begitu banyak, akan tercermin dengan jelas di chart saham. Nah, tugas kita adalah menganalisanya. Itulah yang kemudian disebut analisa teknikal 🙂

Cara Membaca Candlestick Saham

Harga saham biasanya ditampilkan dalam bentuk candlestick chart atau biasanya disebut candle chart. Bagaimana cara membaca candlestick saham?

Ada 2 macam candle stick yaitu candle naik dan candle turun. Biasanya hanya dibedakan berdasarkan warnanya saja. Yang naik warna hijau, yang turun warna merah.

Tapi ada kalanya candlestick juga dibuat dalam bentuk 1 warna yaitu hitam penuh dan putih seperti ini di bawah ini. Kalau yg ini hitam artinya candle turun dan putih artinya candle naik

Cara Membaca Candlestick Saham 1
Candlestick 1 warna

Sekarang kita bahas yang pakai 2 warna saja sebab di kebanyakan chart juga pakai 2 warna, toh anda bisa atur sendiri warna-warna candle-nya jadi biar gampang dan gak kebolak-balik kita pakai warna hijau untuk naik dan merah untuk turun

Membaca Candlestick Saham 2 warna
Membaca Candlestick Saham 2 warna

Nah, candlestick sendiri terbagi menjadi 3 bagian yaitu:

  • Up shadow adalah garis yang menjulang di bagian atas
  • Body adalah badan candle
  • Down shadow adalah garis yang menjulang di bagian bawah atau biasa disebut ekor.

Untuk membaca candlestick saham sangat mudah. Ujung paling atas up shadow mewakili harga tertinggi saat itu. Biasanya disebut High price.

Ujung paling bawah di down shadow mewakili harga paling bawah saat itu. Biasanya disebut Low Price.

Jarak antara high dan low disebut range.

Nah, pada candle merah, harga pembukaan diwakili bagian atas body. Sedangkan pada candle hijau diwakili oleh bagian bawah body. So, biasanya saat harga melebihi pembukaan, candle akan otomatis jadi hijau, dan jika turun di bawah harga pembukaan, candle akan otomatis berubah jadi merah.

Untuk harga penutupan atau close price, di candle merah diwakili bagian bawah body. Sedangkan di candle hijau diwakili bagian atas body.

Maka, mau seperti apapun bentuknya, selalu ingat mana body, mana shadow

Cara Membaca Candlestick Saham 2
Bentuk-bentuk candlestick

Candlestick Pattern

Itu baru bahas 1 buah candle stick. Ketika candle-candle ini kemudian berjejer, seringkali membentuk sebuah pola atau pattern. Trader biasanya menyebut candlestick pattern. Ya walau jarang ngomong gitu sih, biasanya langsung menyebut jenis pattern-nya saja.

Pada banyak kasus, pattern ini dijadikan pedoman para trader untuk melakukan aksi beli ataupun jual. Hanya saja kalau berpatokan pada pattern, maka ada banyak waktu yang terbuang untuk melihat satu per satu pattern candlestick. Itupun di beberapa pattern bisa jadi ambigu hasilnya.

Cara Membaca Candlestick Saham 3
candlestick pattern

Gambar di atas adalah contoh beberapa pattern yang paling mudah dikenali. Sementara ada banyak lagi yang sangat ambigu seperti Head and Shoulder, Cup and handle, flag, double top, double bottom, dll.

Saya sendiri tidak pernah pakai candlestick pattern sebagai acuan. Sebab ya itu tadi proses screeningnya susah. Mirae Asset ada fasilitas screening pattern ini tapi ya kurang valid juga sebab emang terlalu ambigu sih hehehe..

Setelah membaca artikel ini, maka seharusnya anda gak terlalu pusing lagi kalau melihat chart seperti ini:

Cara Membaca Candlestick Saham 4
Candlestick Chart DMAS

Kalau masih gak paham juga, coba tulis komentar di bawah bagian mana yang gak paham.

Belajar Saham: Apa itu Moving Average (MA)?

Moving Average (MA) adalah harga rata-rata saham dalam kurun waktu tertentu.  Ini adalah indicator yang paling banyak digunakan oleh para pebisnis saham. Karena indikator ini terbukti paling ampuh untuk memprediksi pergerakan harga dalam berbagai macam kondisi.

Untuk memudahkan memahami, mari kita bayangkan anak sekolah. Dalam 10 kali test, nilai yang dia dapat adalah 5,6,4,5,5,6,5,4,4,6. atau jika dirata-rata adalah 5. Jika suatu ketika ada test lagi, berapakah perkiraan nilai yang akan dia peroleh? Boleh jadi 4,5 atau 6 kan? Walaupun belum test, kita bisa memprediksi perkiraan nilainya. 

Bagaimana jika ternyata hasil testnya 10 atau malah 0?

Kita akan langsung menganggap itu sebagai ketidakwajaran dan kita mulai mencari tahu kenapa kok tiba2 nilainya bisa melonjak atau kenapa kok nilainya tiba2 anjlok? Mungkin karena soalnya terlalu mudah atau karena dia mengubah cara belajarnya sehingga efektif atau malah jangan2 nyontek?

Dalam bisnis juga sama. Yang paling mudah diprediksi adalah Bulan Ramadhan. Saat bulan Ramadhan, bahkan 1 bulan sebelum Ramadhan, kita disuguhi iklan Busana Muslim, Sirup dan Biskuit. Ingat?

Kenapa kok iklan2 itu hanya aktif ketika mendekati Ramadhan saja? Oh ternyata pengalaman dari tahun2 sebelumnya rata2 ketika Ramadhan, orang banyak beli busana muslim, minuman dan makanan ringan.

Mungkin ndak suatu ketika pas Ramadhan gitu tiba2 sepiiii.. ndak ada yg beli minuman dan makanan ringan. Mungkin saja, tapi tidak wajar dan biasanya kita bisa tahu ada peristiwa apa sehingga tiba2 orang enggan beli barang2 itu.

Moving Average Saham

Kita mengenal beberapa istilah Moving Average (MA). Ada MA5, MA10, MA20, MA50, MA200, dll. Angka di belakang MA menunjukkan jumlah hari kerjanya.

Misalnya MA200 adalah harga rata2 harga saham selama 200 hari. MA20 berarti rata2 20 hari dan MA50 berarti rata2 50 hari. dan seterusnya.

Misalnya kita mau coba cari MA3 atau nilai rata2 dalam 3 hari. Diketahui harga saham selama 3 hari terakhir adalah sebagai berikut:

  1. 1200
  2. 1230
  3. 1245

Maka MA3-nya adalah: (1200+1230+1245)/3 = 1225

Untuk yang MA200 ya berarti nilai selama 200 hari terakhir dibagi 200.

Ada 4 macam MA yang sering dipakai yaitu:

  1. MA5 : mewakili 1 pekan atau 5 hari kerja
  2. MA20 : mewakili 1 bulan atau 20 hari kerja
  3. MA50 : mewakili 3 bulan atau 50 hari kerja
  4. MA200 : mewakili 1 tahun atau 200 hari kerja

Apa itu Exponential Moving Average?

Ini hampir saham dengan MA, hanya saja ada penekanan nilai pada angka terakhir. Biasanya EMA akan dipakai untuk melihat rata-rata jangka pendek sebab responnya akan lebih cepat. Mari kita lihat perbandingannya pada chart

Belajar Saham: Apa itu Moving Average (MA)? 5
Perbandingan EMA dan MA

Bisa dilihat EMA yang garis merah bergerak lebih cepat daripada MA yang biru. Saat harga naik, EMA udah naik duluan sementara MA masih di bawah.

Demikian juga saat harga menurun, EMA udah turun duluan barulah si MA turun. Maka, ketika menjadikan EMA sebagai patokan, kita akan mendapatkan respon yg lebih cepat.

Karenanya EMA biasanya dipakai pada rata-rata yang pendek misalnya 5, 10, 30 atau 60. Untuk yang panjang-panjang biasanya masih pakai MA100 atau MA200.

Cara Menggunakan Moving Average

Biasanya, para trader menggunakan MA20 dan MA50 untuk memutuskan kapan saatnya beli dan kapan saatnya jual dan menggunakan MA200 sebagai konfirmasi. Ok, mari coba kita lihat chart

Belajar Saham: Apa itu Moving Average (MA)? 6

Bisa anda lihat di pojok kiri atas gambar keterangan garisnya. Garis orange adalah MA20, garis biru MA50 dan garis ungu MA200.

Kita akan membeli ketika garis MA20 memotong garis MA50 lewat bawah. Bisa anda lihat tulisan BELI paling kiri pada gambar. Ternyata, market berkata lain sehingga MA20 kemudian balik memotong MA50 dari atas. Itu adalah tanda agar kita menjual.

Pada sesi ini, boleh dibilang kita rugi tipis ya. Kalau lihat harganya, kita beli di 630 dan menjualnya di 600. Rugi 30 point atau 4.76%.

Lanjut hingga akhirnya kita temukan sinyal beli lagi. Kita beli di harga 538. Ternyata kali ini MA20 terus naik dan hargapun naik terus hingga menyentuh batas MA200 atau biasa disebut resisten. Setelah itu mantul. Pada titik ini, sebenarnya anda bisa memasang Trailing Stop untuk menjaga profit.

Ketika harga sudah naik lebih dari 10%, anda perlu pasang trailing stop atau auto buy di profit 5% (5% dibawah harga penutupan). Dan ternyata harga masih naik hingga mencapai penutupan 675 dan sudah profit 137 atau 25.46%. Saat ini, kita harus naikkan trailing stop ke 20% untuk jaga2 jika harga ternyata turun.

Eh besoknya harga masih naik ke 685 sehingga profit kita menjadi 147 atau 27.32%. Kita naikkan lagi trailing stopnya di 22%. Sehingga jika besok harga turun sampai 656 atau 22% profit, maka kita akan jual. Dan ternyata benar, esok harinya harga turun sampai 640 dan kita sudah menjual saham kita dengan harga 656 atau profit 22%. Alhamdulillah 🙂

Dari dua transaksi ini saja kita sudah profit 22% – 4.76% = 17.24%
Transaksi awal di 20 Januari 2017 dan berakhir di 15 Mei 2017. Sekitar 4 bulanlah. Masih sangat bagus kan? 🙂

Padahal IHSG tanggal 20 Januari adalah 5254 dan di 15 Mei adalah 5688 sehingga kenaikan IHSG hanya 434 point atau 8.26% saja. Mantaap bukan?

Tapi ingat.. ini cuma contoh aja ya. Semua angka-angka dan sahamnya hanya sebagai bahan edukasi saja. Masih perlu dianalisa lebih lanjut sebab ini hanya contoh pemakaian saja dan kebetulan saja untung 😀