Islam sebenarnya melatih alam bawah sadar kita melalui ibadah-ibadah yang wajib kita kerjakan setiap hari. Ibadah wajib tiap hari tentunya sholat wajib 5 waktu. Kalau kita perhatikan, gerakan sholat itu diulang-ulang terus sebanyak 17x sehari. Anda bisa baca buku tentang betapa 17x gerakan tiap hari itu akan mampu memberikan dampak kesehatan yang luar biasa bagi pelakunya. Asal dilakukan dengan cara yang benar sesuai tuntutan Rasulullah Muhammad s.a.w tentunya.
Di artikel ini saya bukan ingin membahas soal itu, saya ingin bahas soal sholat berjamaah. Sebenarnya saya sudah merenungkan ini sejak lama, tapi saya masih belum punya cukup banyak bukti ilmiah. Saya bertanya-tanya, kenapa sih Rasulullah menyuruh umat Islam terutama yang laki-laki untuk berjamaah di masjid. Ingat, berjamaah di masjid, bukan berjamaah di rumah dengan keluarga. Bahkan Rasulullah pernah mengancam akan membakar rumah bila laki-laki di rumah itu tidak ke masjid. Meski sejarah mencatat, belum pernah Rasulullah membakar rumah sahabatnya gara-gara mereka tidak ke masjid. Islam juga memberikan ganjaran yang luar biasa bagi mereka yang mau ke masjid berjamaah diantaranya, setiap langkah kakinya menuju ke masjid dihitung sebagai pahala, sholatnya sendiri dinilai 27 derajat lebih baik dari sholat sendiri. Intinya, dengan ancaman dan reward yang begitu besar, Islam ingin pemeluknya ke masjid berjamaah ketika sholat. Kenapa?
Ternyata setelah saya belajar cara kerja otak, belajar sedikit ilmu psikologi, ada rahasia besar dibalik sholat jamaah. Apa itu? PERSATUAN UMAT. Kita bisa lihat sekarang ini, umat Islam dipecah-pecah begitu saja dengan mudahnya. Sebabnya apa? Ternyata sepele, sebabnya karena sudah tidak lagi mengutamakan sholat berjamaah. Jangankan sholat bersama dalam satu barisan, masing2 madzah justru bikin masjid sendiri-sendiri yang jarak keduanya hanya beberapa meter saja. Itupun masih dipecah lagi dengan “masjid” di rumah masing2 umat Islam yang dengan alasan mendidik keluarga, mereka jamaah di rumah. Hello… mendidik berjamaah itu bukan di rumah, tapi bawa keluargamu ke masjid!!
Dalam sholat berjamaah, ternyata kita nggak cuma disuruh datang dan asal berdiri saja. Tapi Rasulullah memerintahkan untuk MELURUSKAN dan MERAPATKAN shaf/barisan sholat. Dua perintah ini, ternyata jika kita lakukan terus menerus 5x sehari selama bertahun-tahun akan memberikan bekas yang luar biasa dalam sisi sosial kita. Jadi, bukan cuma biar syetan gak bisa masuk, lha syetan bisa menyusup ke hati kita, masak melewati dua orang aja gak bisa.
Otak bawah sadar kita akan terbiasa dengan orang2 yang ada dalam jamaah kita. Saya sendiri membuktikan, karena sering pindah-pindah rumah dan termasuk susah bergaul, tapi saya begitu nyaman dengan mereka yang jamaah di masjid dan orang2 yang saya kenal pertama kali di suatu kampung bisa dipastikan pasti orang2 yang jamaah di masjid. Coba anda survey ke beberapa masjid, dan lihat jamaahnya terutama yang sering datang sholat berjamaah. Anda lihat mereka begitu dekat, saling sapa dan ngobrol. Bahkan kedekatan itu biasanya lebih dekat daripada dengan tetangga sendiri.
Maka, betapa Allah begitu hebatnya membuat latihan untuk mengasah persatuan umat ini. Dan saya pernah mendengar ungkapan bahwa Yahudi tidak akan pernah takut dengan kekuatan umat Islam sehebat apapun itu. Yahudi justru takut jika jumlah jamaah sholat subuh sama dengan jumlah jamaah sholat jumat. Jika itu terjadi, artinya apa? Artinya umat Islam telah benar-benar bersatu dan itu takkan bisa terkalahkan oleh siapapun.
Bagaimana Islam dulu mampu menaklukan 1/3 dunia? Saat itu umat Islam benar-benar mengutamakan sholat jamaah dan benar saja, ternyata ukhuwah antar umat benar-benar dahsyat dan menghasilkan kekuatan pemikiran, kekuatan ide hingga kekuatan semangat yang luar biasa.
Nongkrong Rutin
Bukti bahwa seringnya berkumpul akan memberikan ide-ide baru dan kekuatan baru adalah saat kita nongkrong dengan teman-teman kita. Tak perlu 5x sehari, cukup sehari sekali saja. Saya dulu dengan teman-teman remaja masjid, suka nongkrong di masjid habis maghrib sampai Isya’. Kami gak ada agenda apapun, pokoknya abis maghrib gak boleh pulang sampai Isya’.
Awal-awal sih cuma cerita-cerita ngelantur ngabisin waktu. Orang melihatnya cuma menyia-nyiakan waktu saja. Lalu kita mulai nambah kegiatan dengan tilawah, lalu ada ide untuk menghafal quran, saling menyimak satu sama lain, kadang belajar bersama, kadang ya cerita-cerita doang pengalaman di sekolah. Itu tiap hari kami lakukan.
Hasilnya? Dari nongkrong rutin itu kami mampu bikin kegiatan-kegiatan remaja masjid yang menarik bahkan dijadikan proyek percontohan beberapa remaja masjid di sekitar masjid kami. Kegiatannya selalu ada tiap bulan, bahkan urusan kepanitiaan bersama 5 masjid untuk Sholat Idul Fitri dan Idul Adha pernah dihandle remaja masjid kami. Padahal dari masjid-masjid lain yang turun tangan takmirnya langsung hehehe… Jadi kami rapat dengan bapak-bapak gitu. Semua ide itu muncul begitu saja ketika kami sudah sering bertemu. Ada saja kegiatan yang kami lakukan dan seolah ide tak pernah kering dari otak muda kami.
Ok, itu dalam soal yang masih berbau agama, tapi karena kita bicara dalam koridor psikologi, kita buktikan juga di nongkrongnya anak-anak yang bukan dari remaja masjid, misalnya karang taruna RT atau sekedar geng nongkrong biasa. Biasanya mereka yang suka nongkrong bareng, suka jalan bareng bahkan suka nginep di salah satu rumah anggota bareng, punya kegiatan-kegiatan yang gak pernah terpikirkan sebelumnya. Ada yang dari nongkrong trus jadi grup band, ada yang jadi organisasi kepemudaan, dll. Ada juga sih yang jadi kegiatan kurang baik hehehe… Tapi intinya, kebiasaan bertemu, akan memberikan ikatan yang kuat dan hasilnya ide-ide akan dapat keluar dengan mudah.
Kita mungkin punya ide hebat, tapi biasanya akan kita pendam karena malu untuk kita ungkap. Kita takut disebut konyol karena ide kita. Tapi lain cerita ketika kita sering bertemu teman-teman, bisa dipastikan ide sekonyol apapun berani kita ungkap. Dan paling parah mungkin cuma tertawa bersama dan jadi penyegar hari itu.
Nah, cobalah mulai hari ini kita rutinkan sholat berjamaah. Tidak perlu pake pertemuan setelah sholat, cukup jalan bareng ke masjid dan waktu pulang rumah yang kebetulan searah. Gak ngomongpun gpp, ntar lama-lama pasti akan saling ngobrol juga dan kemudian jadi akrab. Kalau saya biasanya ngobrol ketika menunggu adzan atau iqomah, atau pas antri wudhu. So.. coba yaa.. coba yaaa..