Kritik, selembut apapun itu bentuknya tetaplah memberi bekas kepada penerimanya. Bahkan Dale Carnegie dalam bukunya “How to Win Friends and Influence People” mengatakan untuk membuang jauh-jauh keinginan mengkritik orang lain meskipun dia jelas-jelas salah. Karena sesungguhnya tidak ada seorangpun di dunia ini yang senang dikritik walaupun dia jelas-jelas minta dikritik. Kalau anda mendapati teman yang minta dikritik, percayalah bahwa dia sebenarnya minta dipuji tapi dengan cara yang berbeda.
Lalu bagaimana dong cara kita meluruskan kelakuan teman atau saudara kita yang salah? Ada sebuah cerita dalam buku Carnagie tersebut tentang seorang manajer yang memergoki bawahannya merokok tepat di bawah papan larangan merokok. Apa yang dia lakukan? Di dekatinya orang-orang dengan senyum dan bersahabat, lalu disodorkannya 2 batang rokok sambil mengatakan, “Saya akan senang memberikan 2 batang rokok ini jika anda mau merokok di tempat lain”. Sejak saat itu bukannya mencari tempat lain, si pegawai justru berhenti merokok selamanya.
Anda bisa baca alurnya?
Sesalah apapun orang tersebut, pasti ada kebenaran (minimal berdasarkan versi dan sudut pandangnya). Maka sebelum mengkritik, cari dulu kebenaran dari perbuatannya lalu beri pujian. Semua orang ingin dipuji dan ingin di istimewakan. Bahkan seorang narapidanapun. Dan ketika tiba waktunya mengkritik, jangan mengeluarkan kritikan, tapi berikan pintu keluar atau jalan lain.
Kemarin saya benar-benar heran, bagaimana kritikan itu sudah berubah menjadi hujatan. Jika anda terus begitu, sebenarnya yang rugi anda sendiri apalagi kalau hujatannya cuma lewat twitter. Kenapa?
Saat anda menghujat, ada energi negatif mengalir dalam darah anda. Energi ini mampu mengaktifkan sel-sel penyakit yang ada dalam tubuh. Dan karena anda menghujat lewat twitter, maka boleh jadi hujatan anda tidak ditanggapi oleh target anda. Hasilnya anda makin marah dan kembali energi itu menyebar di tubuh. Energi negatif biasanya akan membuat pikiran cepat lelah sehingga keluarga yang melakukan salah sedikit saja akan nampak seolah-olah salah besar.
Akan berbeda jika kita memikirkan solusi dulu untuk kemudian disampaikan ke yang bersangkutan. Dalam kasus RIM misalnya, kenapa kita tidak memikirkan untuk membuat sebuah aplikasi open source yang bisa dipergunakan di RIM. Atau mungkin juga membantu pemerintah untuk mengajukan tuntutan ke RIM agar memblokir situs porno. Dan mungkin juga solusi-solusi yang lain. Bagaimana jika kita tidak punya kapasitas apapun untuk itu?
Lha kalau kita tidak punya keahlian di bidang tersebut, lalu apa yang kita kritik? Jika kita memaksakan kritik tanpa pengetahuan, maka jadilah hujatan seperti diatas. Dan saya yakin hujatan yang kita sampaikan tidak ada bedanya hujatan yang kita teriakkan di kamar mandi. Maksudnya hanya kita saja yang peduli terhadap hujatan kita. Dosa sudah pasti jelas, tapi keinginan tetap tidak terpenuhi. Apa ndak rugi tuh?
So guys, cobalah menahan diri sebelum bertindak. Karena setiap tindakan pasti ada konsekuensinya. Hari ini saya mendapatkan kutipan yang cukup bagus
Tidak ada orang yang sepenuhnya salah, bahkan jam mati-pun masih menunjukkan angka yang benar 2x sehari.
Moga bermanfaat