“Barangsiapa berpuasa Ramadhan, satu bulan seperti sepuluh bulan dan berpuasa enam hari setelah hari Idul Fitri, maka itu merupakan kesempurnaan puasa setahun penuh”
Walau Ramadhan telah usai, bukan berarti kita tak lagi punya momen untuk meraih rahmat, ampunan dan pembebasan dari api neraka. Sebenarnya ada banyak amalan yang bisa kita kerjakan untuk meraih rahmat dan ridha Allah swt. Salah satunya melalui puasa Syawal.
Puasa syawal ini dilaksanakan selama 6 hari di bulan Syawal. Para ulama sepakat, pelaksanaannya boleh beriringan 6 hari, boleh juga terpisah2. Misalnya kita laksanakan tiap hari senin dan kamis, maka dalam 3 pekan selesai deh puasa syawalnya.
Namun, lebih diutamakan begitu selesai Idul Fitri, segera dilakukan puasa syawal. Jadi mulai tanggal 2 sampai 7 Syawal. Itulah kenapa kemudian di Jawa ada tradisi kupatan. Dimana saat itu keluarga2 muslim membuat ketupat dan opor ayam pada tanggal 8 Syawal. Itu dimaksudkan sebagai hari raya kedua setelah Idul Fitri. Yaitu hari rayanya orang2 yang puasa syawal. Dinamakan Riyaya Kupat.
Secara filosofis, makanan khas “Kupat” ini memiliki banyak makna. Di antara makna itu adalah :
- Kata “kupat” berasal dari bahasa jawa “ngaku lepat” (mengakui kesalahan). Ini suatu isyarat bahwa kita sebagai manusia biasa pasti pernah melakukan kesalahan kepada sesama. Maka dengan budaya kupatan setahun sekali ini kita diingatkan agar sama-sama mengakui kesalahan kita masing-masing, kemudian rela untuk saling memaafkan. Nah, dengan sikap saling memaafkan, dijamin dalam hidup ini kita akan merasakan kedamaian, ketenangan dan ketentraman.
- Bungkus kupat yang terbuat dari janur (sejatine nur), ini melambangkan kondisi umat muslim setelah mendapatkan pencerahan cahaya selama bulan suci Ramadlan secara pribadi-pribadi mereka kembali kepada kesucian/jati diri manusia (fitrah insaniyah) yang bersih dari noda serta bebas dari dosa.
- Isi kupat yang bahannya hanya berupa segenggam beras, namun karena butir-butir beras tadi sama menyatu dalam seluruh slongsong janur dan rela direbus sampai masak, maka jadilah sebuah menu makanan yang mengenyangkan dan enak dimakan. Ini satu simbol persamaan dan kebersamaan persatuan dan kesatuan. Dan yang demikian itu merupakan sebuah pesan moral agar kita sama-sama rela saling menjalin persatuan dan kesatuan dengan sesama muslim.
Ya walau pada prakteknya di jaman sekarang, ketupat sudah bisa kita temui sejak hari raya Idul Fitri padahal puasa syawalnya belum dilaksanakan hehehe… Ya gpp.. namanya juga budaya. Yang penting kan puasanya, bukan ketupatnya.