Saat ini sekolah dan perguruan tinggi dengan enaknya menaikkan harga pendidikannya. Bahkan anak saya yang masuk SMP saja harus menyediakan uang muka 10 juta. Saya ndak bisa bayangkan bagaimana yang SMA atau perguruan tinggi. Ya, ilmu memang mahal itu kata pihak sekolah karena mereka pun dulu harus bayar mahal untuk bisa jadi dosen.
Jadi boleh dikatakan kalau sekolah ibarat arisan berantai di dunia online. Sekarang anda bayar mahal untuk sekolah, nanti kalau sudah jadi pengurus sekolah anda bisa terapkan bayaran yang lebih mahal lagi. Kalau ditanya kenapa kok mahal, tenang ada jawaban copy paste, “Ilmu itu Mahal”.
Tapi itu berlaku untuk masyarakat default, dengan jalan default, cita-cita default, kegiatan default. Hanya berlaku untuk masyarakat yang gak bisa berpikir lain selain untuk sukses harus sekolah, kalau ndak sekolah mau jadi apa?
Padahal sekolah hanya menyediakan 1 jalan sukses saja, yaitu jalan sukses jadi buruh atau pegawai. Kalau pengen jadi bos, jangan sekolah. Lihat deh bos-bos yang menguasai puluhan pabrik dan perusahaan, apakah mereka seorang sarjana? Nope, mereka justru orang-orang yang gagal di perguruan tinggi. Jadi kalau mau sukses, anda harus drop out dari perguruan tinggi alias ndak usah sekolah tinggi-tinggi.
Jangan mempersempit makna sukses dengan sekedar topi hitam dan jubah hitam. Saya punya banyak teman sarjana yang dulu di awal-awal gajinya memang 5 x gaji saya yang cuma wiraswasta. Tapi sekarang mungkin ganti gaji saya yang 5x gaji mereka hehehe… Dan saya ndak pernah masuk ruang kuliah. Pernah sih ke perguruan tinggi untuk sewa warnet dan mampir ke masjidnya. Pernah juga urusan dengan BEM-nya dalam hal cetak mencetak brosur.
Saya mungkin bukan orang kaya bagi anda karena saya ndak punya puluhan pabrik atau perusahaan. Saya juga gak pernah main Golf atau dekat dengan pejabat-pejabat negara. Tapi yang jelas saya sudah merasa sangat sukses apalagi jika dibandingkan dengan besarnya pendapatan saya dahulu. Hanya tinggal waktu saja sebelum saya memiliki lebih banyak penghasilan lagi.. Aamiin…
So, bagi anda yang gak bisa kuliah sekarang, baik gara-gara gak diterima dalam ujian maupun gara-gara gak punya duit untuk mendaftar, maka jangan putus asa. Ilmu sukses itu justru gak diajarin di bangku kuliah gan. Ilmu sukses itu justru diajarkan di kehidupan ini.
Daripada anda berikan 40 juta ke perguruan tinggi hanya untuk biaya pendaftaran aja, mending anda berikan ke Tung Desem Waringin atau murid-murid-nya lah kalau gak cukup hehehe… agar dia mau ngajari anda secara private bagaimana berbisnis properti. Saya yakin anda bisa lebih cepat kaya daripada anda harus kuliah dulu 4-5 tahun dan lulus sebagai pengangguran.
Tapi yang berani seperti itu memang gak sedikit. Dan karena itulah orang sukses itu sedikit hehehe… Bagi yang sudah kuliah saya ucapkan selamat, moga anda kelak dapat majikan yang baik 🙂
Bener juga ya..
bahkan ada yg bilang di sekolah terlalu banyak mengajarkan sesuatu yang tidak ingin kita ketahui.. (klo ngga salah yg bilang itu So Ichiro Honda)
intinya menurut saya, Menuntut ilmu itu wajib hukumnya, tapi sekolah formal tidak wajib..
bener. Belajar itu wajib, sekolah itu mubah 🙂
yah capek2 nguras pikiran dan tenaga eh ternyata komen na ga masuk..
jadi malas nulis ulang..
saya stuju nih Mas, mskipun sya lagi kuliah S1 heheh.. Insya Allah bntar lgi slesai jdi gk mungkin brenti.. investasinya udh besar nih heheh 😀
wah, blognya ganti kulit lagi nih Mas… 😀
Muantep, trus terang saya seorang sarjana dan blom dpt majikan nice. Mungkin ada yg mau menerima saya hehehe
aku malah males lanjutin S2, hahaha…
saking menghargai jerih payah ortu nyekolahin ampe kuliah.
Ntar anak2 rasanya tak masukin sekolah bisnis aja deh. Biar belajar bangun bisnis sendiri *lho sekolah lagi*
Btw themes barunya keren mas
Mending sekolah bisnis gan kayak ciputra gitu. Disana dilatih bagaimana jadi pengusaha. Kalau di kuliahan negeri kan cuma diajari pengusaha itu gimana dan bagaimana jadi pegawai yang baik hehehe
saya sejak kenal bisnis online jadi males2an mo kuliah hehehe…untungnya sih udah kelar semua kuliahnya, tinggal skripsinya doang.
Tapi gara-gara pendidikan mahal maka banyak yang tidak mengenyam pendidikan yang lebih baik. Buktinya masih banyak jutaan orang Indonesia yang miskin. kemajuan suatu bangsa kan dilihat dari kemajuan pendidikannya. Semakin maju pendidikan suatu bangsa semakin banyak pula yang sukses.
Nah, konsep itu juga yang bikin pendidikan makin mahal. Makin maju pendididikan = makin sukses. Padahal di Saudi Arabiyah banyak yang nggak sekolah tapi jadi orang sukses semua hehehe… Gak ada korelasi pendidikan formal dengan kesuksesan. Orang sukses bukan gara-gara gelar sarjana, tapi karena dia sungguh-sunggu berdoa dan berusaha
llho mas? anakmu sudah masuk SMP ta? cepet banget gede nya? hahaha
saya juga baru aja putus kuliah mas… gak jadi ambil sarjana komputer,
jalan kesuksesan masih banyak, Alloh Maha Kaya, Maha Penunjuk Jalan..
Gan, artikelnya terkesan bernada sinis. Takutnya membawa pengaruh buruk bagi yang baca. Emang bener pendidikan di Indonesia sudah menjurus komersil (ini yang membuat saya berhenti jd dosen, capek ribut mulu tiap meeting). Tapi jangan sampe membuat patron seakan2 pendidikan tiap penting. Masalah sukses (banyaknya uang yang dihasilkan) itu relatif. Uang bisa datang dari mana saja selama Tuhan mememberikan rejeki. Pendidikan bisa datang dari mana saja, gak harus dari kampus atau sekolah, yang penting adalah setiap hari kita harus menanamkan bahwa kita harus lebih maju. Kita bisa lebih maju dgn cara belajar (pendidikan). Sorry gan, bukan menggurui, cuman saya seram juga, banyak mahasiswa atau calon mahasiswa yang tiba2 menganut paham entrepreneur secara berlebihan dan mengesampingkan pendidikan.
Pendidikan penting, sekolah ndak penting 🙂
merinding sy baca mas. Bener2 nusuk ubun2.
thnks atas tulisannya yg penuh semangat ini mas.
@ Steven: artikel seperti ini memang banyak ditentang. Saya juga pernah mengalaminya tapi bukan artikel(media lain). Tapi memang, saya akui pikiran seperti ini jika ditelan oleh orang yang tidak paham, bisa berbahaya.
Insya Allah ndak bahaya kok. Justru yang banyak menelan ini mentah-mentah malah sukses karena udah nggak mikir lagi mau kuliah atau ndak. Gak bisa kuliah ya udah fokus nyari kerja. Gak dapat kerja ya udah fokus jadi pengusaha dan akhirnya malah sukses. (saya contoh nyatanya)
Ya kalau gitu. Kalau ini sebagai tameng kemalasan, bisa berbahaya kan? Memang berat untuk sukses. Ada yang bilang ke saya begini. Yang malas sekolah saja belum tentu sukses. Apalagi yang gak sekolah. Begitulah. Tergantung pelakunya.
Benar sekali, Pak Lutvi.
Justru kalau mau sukses mesti masuk ke jalur bisnis dan dimentor oleh orang sudah jauh lebih sukses. Anda adalah salah satu contoh pribadi yang sudah sukses di dunia Internet Bisnis. 🙂
Artikel yg menyejukan. Sy hnya lu2sn smk dh abis uang bnyk untk dpt krjan,sy mau bljr bisnis gk tau kmn? Ada yg bs bntu?
hehe… karena sama-sama lulusan SMK saya kasih tips deh.
Pertama jangan biasakan pakai kata-kata pengemis kayak diatas. Malu saya sebagai lulusan SMK dengan kata-kata anda. Menjelekkan nama SMK tahu !! anak SMK dilatih untuk jadi wirausahawan. Itulah sebabnya ada pelajaran kewirausahaan. Kita dilatih gimana bekerja sendiri dan sebagai tim. Gak pernah tuh kita dilatih bikin surat lamaran. Jadi mulai sekarang ganti kata-kata anda seperti ini:
Saya lulusan SMK, siap ambil resiko apa aja dan siap belajar apa saja. Siapa yang mau saya bantu biar kerjaannya makin beres?
BUKTIKAN KAMU LULUSAN SMK BRO !! GAK ADA ANAK SMK MELEMPEM !!
memang tidak mudah membangun kepercayaan diri, jika selalu mengaitkannya dgn jenjang formal bangku sekolah yg ditempuh.
kebetulan ada rekan kerja yg latarnya dari SMK. dan membandingkan dgn rekan2 yg lain, ybs memang lebih luwes dlm bekerja, inisiatifnya bagus dan mengerjakan tugas2 yg diberikan dgn memuaskan. utk dunia kerja, SMK memang tidak kalah dgn yg formalnya D3. malah lebih siap SMK utk bekerja, apalagi utk terjun wirausaha. salam sukses kang Lutvi.
mas lutvi artikelnya tendensius sekali. maaf mas saya seorang sarjana. kenapa mas lutvi berpikiran bahwa para lulusan kuliah akan menjadi bawahan? tidak semua sarjana berpikiran default seperti itu. banyak juga yang berpikiran lebih maju dari yang orang kira. sejatinya pendidikan itu sebagai tempat menimba ilmu dan pembentukan karakter dan bukan hanya sekedar mengejar titel. tidak semua orang yang mengecap bangku kuliahan orang orang kaya. banyak juga mahasiawa yang melarat seperti saya ini. tapi alhamdulillah walaupun dengan susah payah menamatkan kuliah saya. akhirnya buah manis dari perjuangan pun sedikit demi sedikit bisa saya kecap juga. saya skrg kerja dipemerintahan. walau gaji saya cukup lumayan tapi sampai skrg saya masih tetap mencari dollar diinternet. walau tak sampai ribua dollar tp earning dr inet lebih manis rasanya daripada gaji yg saya terima tiap bulan. dan terakhir saya mau tanya siapa sih didunia ini yang tidak bekerja untuk org lain? mas lutvi pun sebenarnya bekerja untuk org lain walaupun tidak memiliki hirarki formal seperti saya… artinya mas lutvi pun punya majikan kan?
Alhamdulillah kalau sarjana sekarang lebih mikir cari usaha daripada cari pengusaha. Mudah-mudahan anda benar 🙂
Btw, wiraswastawan atau free lancer yang bekerja untuk orang lain dan jadi karyawan itu beda. wiraswasta bisa memilih dan punya power untuk menentukan cara kerjanya, dengan siapa dia kerja dan prosedurnya sendiri. karyawan harus nurut prosedur, cara kerja dan jam kerja perusahaan. Jadi ini bukan semata-mata untuk siapa kita bekerja, tapi lebih pada bagaimana kita bekerja.
Ya jelas banget dong semua orang bekerja untuk orang lain. Bahkan pengurus ternak pun bukan bekerja untuk ternak, tapi untuk pemilik ternak atau calon pembeli ternaknya. Kalau membedakan karyawan dan wiraswastawan dari sisi itu jelas nggak ada bedanya. Jadi kenapa ada istilah pengusaha dan karyawan? dan kenapa karyawan nuntut2 ke pengusaha? hayoo
om lutvi kayaknya perlu thread ini deh
http://www.kaskus.us/showthread.php?t=9689154
Beda orang beda pandangan pastinya… hehehe… Tapi tetep, kuliah ndak perlu xixixi… yang perlu itu belajar 🙂