Kemarin adalah peringatan hari santri yang sebelumnya coba diusulkan diperingati bertepatan dengan Tahun Baru Hijriyah atau 1 Muharram. Namun, atas usulan Dr. Hidayat Nur Wahid diganti tanggal 22 Oktober atau bertepatan dengan Resolusi Jihad yg dicanangkan oleh Hadratus Syekh KH. Hasyim Asyari pendiri Nahdlatul Ulama.
Sehari sebelumnya, peringatan Hari Santri diawali dengan sangat cantik. Mulai pawai santri2 TPA/TPQ hingga pembacaan Sholawat Nariyah secara nasional di rumah-rumah dan surau-surau.
Namun kemarin ada insiden yang sangat tidak layak dilakukan oleh kaum santri yaitu membakar bendera dengan tulisan tauhid di dalamnya.
GP Anshor mengklaim pembakaran itu untuk memurnikan kalimat Tauhid. Woww.. alasan yang terlalu mengada-ada sebenarnya. Bukannya kalau mau memurnikan kalimat Tauhid justru dengan cara menegakkan tauhid itu setegak-tegaknya? Memberangus praktek2 khurafat, syirik dan menyadarkan masyarakat untuk bersandar hanya pada Allah semata.
Benci itu Temannya Syetan
Ulama NU selalu mengajarkan untuk tidak membenci berlebihan. Dan GP Anshor pun benar-benar menerapkannya dengan sangat sempurna kepada non muslim. Saking sempurnanya sampai acara merekapun ikut hadir.
Namun sayang sikap ini tiba2 lenyap dan berubah jadi preman kerasukan ketika berhadapan dengan umat Islam. Petuah kyai tak digubris, omongan ulama tak didengar. Saat bertemu non muslim jadi malaikat penjaga, pas ketemu sesama umat Islam tiba2 jadi malaikat pencabut nyawa.
Kajian dibubarkan, ulama dipersekusi di Bandara. Semua hanya gara2 prasangka dan kebencian semata.
Mudah-mudahan ada upaya serius dari NU khususnya GP Anshor untuk menertibkan anggotanya. Jangan sampai nasib GP Anshor ke depan hanya menjadi ormas radikal dan ormas preman berwajah NU.