Siapa yang ingin masuk surga?? Saya yakin semua orang ingin masuk surga. Jika hal ini ditanyakan pada semua orang tak peduli seberapa rusak akhlaknya, dia akan mengatakan ingin masuk surga. Karena sudah jadi watak manusia untuk mencari nikmat menghindari sengsara.
Tapi sayangnya, keadaan dunia dan akherat itu justru terlihat dibolak-balik. Apa yang terlihat nikmat di dunia justru membawa kesengsaraan di akherat. Sedangkan apa yang terlihat sengsara di dunia justru nikmat hasilnya di akherat.
Benarkah demikian? Kenyataannya sungguh sangat berbeda. Yang terjadi malah sebaliknya. Segala yang nikmat di dunia ini justru membawa kita ke surga dan segala kesengsaraan di dunia malah membawa ke neraka. Lho kok?
Mari kita test jenis2 maksiat mulai yang paling ringan deh yaitu Ghibah alias ngerasani yang sadar atau tidak biasanya kita lakukan dengan penuh kenikmatan bahkan membuat kita lalai.
Tapi benarkah ghibah itu nikmat? Nyatanya tidak. Ketika melakukannya memang sih rasanya lega gitu. Namun itu ternyata hanya perasaan semu saja. Ibarat haus kemudian minum air laut. Awalnya segar, tapi tenggorokan makin kering. Makin banyak minum, makin haus jadinya.
Ghibah juga demikian, makin kita ghibah rasanya makin banyak saja hal yang ingin kita ghibahkan. Awal2 mungkin yg jadi topik adalah rekan kerja, abis itu merembet ke atasan, setelah seluruh isi kantor selesai, pindah ke keluarga rekan2 kantor, abis itu keluarga atasan. Masih kurang, cari level lebih tinggi ghibah artis, pejabat, dst. Gak pernah puas.
Itu aja? Belum saudara… Makin banyak ghibah orang jadi hati-hati banget dengan kita. Jaim klo di depan kita. Takut kalau di belakang nanti kita bicarakan. Hingga kemudian ada istilah, “Apa kata tetangga…”
Yang lebih sengsara lagi, karena kita sering ngomongin orang lain, maka biasanya akan tertanam dalam benak kita bahwa orang lain juga akan ngomongin kita. Teko takkan mengeluarkan zat lain kecuali yg ada dalam dirinya. Demikian juga penghoby ghibah. Melihat orang bisik2 deket dia, bawaannya curiga. Padahal belum tentu mereka berbisik tentangnya.
Masih di dunia sudah sengsara, kelak di akherat lebih sengsara lagi. Ketika sampai di pintu surga, dia dipanggil oleh semua korban ghibahnya. Satu per satu amalnya dicopotin utk menebus dosa ghibah. Hingga setelah habis semua amal, giliran dosa para korban diberikan kepadanya.
Nah, masih mau meraih surga?
setuju sekali dengan terawangan mas lutvi ini, semua maksiat yang diperbuat balasannya bukan hanya di dunia tapi diakhirat juga.
naudzubillahi min dzalik…
Unik posting nih 😀
Kelihatannya dosa yang sepele dan kecil namun bila dilakukan terus menerus akan menjadi sebuah kebiasaan dan dosa2 ini lama2 akan menumpuk menjadi besar.
Mulutmu harimaumu, alangkah baiknya bila kita semua bisa menjaga bicara kita..