Masjid adalah central kegiatan umat. Setidaknya itulah fungsi masjid di jaman Rasulullah. Tapi akhir-akhir ini fungsi masjid sudah mirip pura Hindu atau gereja Nasrani atau kuburan keramat. Disaklarkan sedemikian rupa, begitu diagungkan setinggi-tingginya hingga umat sulit mencapainya.
Di jaman Rasulullah saw, segala urusan dibahas di masjid. Mulai urusan rumah tangga, urusan lingkungan hingga mengatur strategi perang semua dilakukan di masjid. Masjid menjadi pusat kegiatan. Di sekeliling masjid ada pasar tempat manusia berdagang mencari nafkah. Tak jauh-jauh dari masjid. Pusat pemerintahan ada di masjid. Dari sini 1/3 dunia dulu diatur.
Tapi kini, fungsi masjid satu per satu dipreteli. Kegiatan di masjid dikurangi satu per satu, hilang dan berpindah ke gedung2 yang lain. Masjid hanya untuk tempat sholat semata. Kadang masih dipakai untuk akad nikah. Tapi kalau ada konflik rumah tangga? Ke pengadilan agama mereka membawanya.
Hal yang paling menyesakkan hati saya adalah adanya masjid yang dengan terang-terangan MELARANG ANAK-ANAK datang ke Masjid. Alasannya pun sepela, mereka dianggap PENGGANGGU. Entah dalam arti apa MENGGANGGU itu. Apakah masjid harus sunyiii tanpa suara seperti kuburan keramat? Apakah harus begitu tenaaang dan diam seperti pura?
Bagaimana masjid jaman Rasulullah?
Abdullah bin Syaddad meriwayatkan bahwa ayahnya berkata : ”Rasulullah shallallaahu ’alaihi wasallam menemui kami saat hendak mengerjakan salah satu shalat malam (yaitu maghrib atau ’isya’) sambil membawa Hasan atau Husain. Rasulullah shallallaahu ’alaihi wasallam maju dan meletakkan cucunya tersebut lalu mengucapkan takbiratul-ihram dan memulai shalat.
Di tengah shalat, beliau sujud cukup lama”. Ayahku berkata : ”Maka aku mengangkat kepala, lalu tampaklah cucu beliau yang masih kecil itu sedang bermain di tas punggung beliau, sedangkan beliau tetap sujud. Maka akupun sujud kembali.
Setelah selesai shalat, para shahabat bertanya : ’Wahai Rasulullah, engkau sujud terlalu lama di tengah-tengah shalat tadi, sehingga kami mengira telah terjadi sesuatu, atau engkau sedang menerima wahyu”.
Rasulullah shallallaahu ’alaihi wasallam bersabda : ”Semua dugaan kalian tidaklah terjadi. Akan tetapi cucuku ini sedang naik ke punggungku seperti sedang menunggang kendaraan. Aku tidak ingin menyudahinya sampai ia benar-benar berhenti sendiri”
[HR. Nasa’i dalam Ash-Shughraa no. 1141; shahih].
Adakah anak-anak sekarang berani menunggangi punggung imam? Saya yakin gak ada yang berani. Mereka hanya bergurau dengan temannya, itupun kadang masih sungkan jika dipisahkan orang dewasa diantaranya. Si kecil yg berlarian di antara shafpun karena mereka masih belum mengerti tentang larangan melewati orang sholat.
Tapi ketika melarang, apalagi menghardik mereka di masjid, SATU hal yang PASTI, anda sudah menciptakan SEORANG PEMBENCI MASJID di masa depan. Anda telah mengajarkan bahwa MASJID adalah TEMPAT TERLARANG. Na’udzubillah.
Maka ndak usah bertanya,
KEMANA PARA PEMUDA?
KENAPA YANG KE MASJID HANYA ORANG TUA?
Lha apa anda lupa jika pemuda-pemuda yang anda cari itu adalah ANAK-ANAK yang ANDA USIR DARI MASJID??
ANDA yang MENGUSIR mereka, jadi untuk apa anda CARI? Untuk apa anda protes kenapa yang tinggal hanya orang-orang tua?
Wahai orang tua yang SUCI, orang tua yang KHUSYU’, orang tua yang MULIA
Ingatlah bahwa kelak engkaupun akan PERGI dari MASJID karena Allah memanggilmu
Lalu siapa yang akan menggantikanmu kelak mengurus rumah Allah ini jika mereka engkau USIR?
Mari kita pikirkan solusi, agar anak2 tetap nyaman di masjid, tapi tidak terlalu berlebihan dalam bercanda. Saya yakin kita cukup CERDAS mencari SOLUSI. Buka wawasan, kunjungi masjid lain. Ini Islam kawan, kita bisa pindah-pindah masjid sesuka hati, belajar dari takmir lain yang sukses mengendalikan anak-anak. Memang repot dan melelahkan, tapi bukankah karena kelelahan itulah kita dibayar dengan surga?
Wallau a’lam…