Ada 2 hal di iklan Rabbani yang diperdebatkan atau diprotes atau disayangkan atau dianggap menghina agama atau dianggap menghina pemakai jilbab dan atau-atau yang lainnya.
1. Soal foto kambing memakai kerudung
2. Soal tulisan Korban ga wajib, dst..
Pertama tarik nafas dulu… tarik yang dalaaaam lalu lepaskan. Ijinkan pikiran tertinggi anda hadir membaca tulisan ini. Selama otak mamalia yang dipakai maka sebaiknya berhenti membaca. Percuma, otak mamalia gak akan mampu memahami tulisan ini.
Otak mamalia adalah bagian otak manusia yang bertugas melindungi kelompok. Bisa keluarga, organisasi, partai, klub agama, atau kelompok2 lain.
Ditambah lagi mindset yg berkembang bahwa tengah ada upaya menghancurkan umat Islam lewat propaganda-propaganda sionis, mamaria dan silumati.
Taruh itu semua dan mari mulai berpikir bijaksana… cieee… sok bijak.
1. Kambing memakai kerudung = melecehkan agama?
Saya paham bahwa bagi sebagian orang, pakaian adalah simbol agama. Jilbab, sajadah, bendera tauhid, dianggap simbol agama. Anehnya sarung dan kopyah nggak hehehe… Ntahlah saya gak paham.
Saya memilih tidak meletakkan agama pada simbol-simbol. Karena Rasulullah sendiri meletakkan agama ini dalam pondasi aqidah dan akhlak. Dan itu ditunjukkan lewat perilaku sehari-hari.
Kerudung itu bukan Islam. Itu cuma pakaian. Hanya alat untuk menjalankan syariat. Sama seperti sajadah, sarung, kopyah, dll. Jika ada wanita menutup auratnya pakai sarung apakah dia disebut tidak punya agama atau gak mengikut syariat?
Dulu waktu masih kecil, kami suka main2 dengan kambing qurban. Kami pakaikan dia kopyah di tanduknya. Jadi mirip tukang jual sate. Apakah penjual sate marah? Nggak tuh, beliau yg juga guru ngaji kami ketawa-tawa aja.
Karena kami paham mana agama dan mana alat pelengkap. gak ada kopyah bisa pakai ikat kepala atau sekalian rambutnya dipendekin beres.
Kalau anda mudah banget merasa terhina hanya gara2 ada kambing pakai jilbab, ya ampuun betapa naif-nya. Sesuci itukah anda sampai2 ada kambing pakai jilbab aja anda merasa terhina? Jilbabnya juga bukan jilbab sampeyan yg dipakai.
2. Kalimat Korban Ga Wajib…. dst
Ya emang betul korban itu gak wajib. Bahkan kalau bisa dihindari. Ngapain sampai jatuh korban? Sebisa mungkin dalam peristiwa seberat apapun jangan sampai jatuh korban.
Kalaupun kata korban dianggap qurban ya tetep sama gak wajib juga. Hukum berqurban itu sunnah mu’akkad.
Dah, itu penjelasan saya. Hutang lunas. Kewajiban menyampaikan sudah dilakukan. Perkara masih tetep dongkol, marah yo urusanmu. wkwkwk… Saya lebih memilih stay cool menatap masa depan Islam yang penuh gemilang insyaaLlah.
Memanfaatkan Sentimen Negatif Umat Islam
Sejak peristiwa pelecehan atas ayat Al-Quran yang dilakukan Ahok dan disambut dengan pelecehan-pelecehan yang dilakukan oleh pendukung-pendukungnya serta ditambah lagi pihak kepolisian yang kurang begitu tanggap atas isu-isu seperti ini, sentimen umat Islam terhadap hal-hal yang berbau pelecehan agama menjadi sangat sensitif.
Sedikit aja menyentuh hal-hal yang berbau agama, apalagi yang bisa dihubungkan dengan agama pasti akan langsung tersulut amarahnya.
Rupanya reaksi sebagian kalangan umat Islam yang seperti ini dimanfaatkan betul oleh Rabbani.
Kalau dilihat dengan pikiran tenang sih harusnya iklan itu ya biasa-biasa aja. Tapi bagi yang pikirannya merasa bahkan agamanya sedang terancam dan sedikit sentuhan saja akan langsung menimbulkan reaksi.
Contohnya kucing ketika santai, anda pegang ya dia cuma noleh doang. Tapi ketika dia lagi hadap-hadapan sama kucing lain dan sama-sama marah serta waspada lalu anda coba sentuh, pasti akan langsung bereaksi.
Jangan Terlalu reaktif
Sosmed memang media yang sangat cepat bereaksi. Kadang kita gak mampu berpikir panjang saat membaca tulisan-tulisan di layar. Begitu ada yang menyulut emosi, langsung share lengkap dengan caption.
Caption-caption ini ditambah dan dikurang hingga membuat persepsi bagi penerima berikutnya.
Bahkan saking yakinnya itu sebuah pelecehan agama, dijelaskan kayak ginipun masih gak mau terima. Otak sudah mendidih, gak bisa didinginkan lagi. Lihat saja Ahok, walaupun sudah dipenjara masih aja dendam.
Padahal sejatinya Islam itu damai. Ketika ada tindakan kriminal maka dihukum. Menghukumpun tidak boleh dengan emosi, tidak boleh dengan marah-marah.
Lihat saja di Arab Saudi, walaupun hukuman pancung sekalipun, dilakukan dengan profesional. Gak peduli seberapa bejat pelakunya, hukuman pancung tetap harus sesuai prosedur. Sekali tebas dengan sangat cepat dan selesai.
Itulah Islam.
Sampai Sayidina Ali r.a pernah dalam keadaan perang dan musuhnya sudah jatuh hingga tinggal sekali tebas saja. Tapi sepersekian detik kemudian musuhnya meludahinya. Apa yang dilakukan Ali? Dia urung menebas orang itu. Dia takut jihad-nya ternodai oleh amarah.
Itu kondisi perang lho dan musuhnya adalah orang yang siap membunuhnya. Bukan sekedar melecehkan. Tapi para sahabat berjihad bukan karena emosi. Mereka berjuang karena Allah. Menjemput syahid dengan senyuman, bukan dengan kepala mendidih penuh amarah.