Ada sebuah komentar yang bagi saya sangat menggelitik, walaupun pada kenyataannya pemahaman tersebut cukup berbahaya. Dan masalahnya kemudian, ternyata pemahaman itu suka atau tidak, banyak dipegang oleh mayoritas kita. Nah, mudah-mudahan penjelasan ini bisa membuka cakrawala berpikir kita, dengan demikian akan terwujud masyarakat yang saling menguntungkan dan bekerjasama.
Bekerja dan beramal sebenarnya tidak boleh dipisahkan. Saat anda bekerja, anda harus menganggapnya sebagai sebuah amal kebajikan, niat yang tulus untuk memberikan yang terbaik buat orang lain. Demikian juga saat kita sedang beramal, kita juga harus sungguh2 mengerjakannya.
Maka sangat aneh sebenarnya jika anda membedakan antara kerja dan amal. Saat kita bekerja, maka kewajiban kita adalah menyelesaikan pekerjaan itu dengan sebaik-baiknya dan memberikan manfaat sbesar-besarnya bagi orang lain.
Nah, orang yang membayar kita juga harus melaksanakan kewajibannya membayar kita dengan sebaik-baiknya. Kalau tidak membayar, berarti dia melalaikan kewajiban. Terserah kita apa mau menuntut hak atau tidak perlu menunaikan kewajiban bekerja kita.
Jadi ini 2 hal yang berbeda antara membayar dan bekerja walaupun kelihatannya berhubungan.
Dan ingat, amal atau bukan, itu tidak bergantung pada dibayar atau tidak. Tapi semata-mata hanya pada niat saja. Seorang ustad yang mengajarkan baca tulis Al Quran dengan penuh semangat boleh jadi dianggap amal ibadah, tapi bisa juga tidak. Saat dia meniatkan diri untuk ibadah, maka dia mendapatkan pahala. Walaupun kerjanya mengajari Al Quran tapi kalau niatnya cuma kerja doang (tidak ada niat ibadah), maka jadinya ya cuma dapat gaji doang gak dapat pahala.
Kerja di kantorpun sama. Jika anda bekerja karena Allah, agar dapat memberi manfaat pada orang lain (bukan cuma buat bos lho), tapi bisa juga buat konsumen kita, agar mereka dapat menikmati produk terbaik yang kita buat, maka kita sudah dihitung beramal. Urusan gaji, itu topik tersendiri. Soal gaji, subyeknya bukan anda lagi, tapi bos anda. Kalau bos anda memberi gaji dengan baik dengan niatan beramal juga agar anda tenang dalam bekerja, agar anak istri anda tenang dirumah karena ada makanan untuk dimakan, ada berbagai macam kebutuhan yang tercukupi, maka si Bos ini juga sudah beramal dan tentunya dapat pahala.
Nah, seperti pertanyaan saya dahulu, Anda kerja untuk Apa? Jika untuk uang, maka jangan mengharap lebih dari sekedar uang. Tapi kalau mengharapkan pahala dari Allah karena telah memberi manfaat bagi orang lain, maka jangan heran kalau rejeki yang anda dapat sangat nikmat.
Maka, bekerjalah agar mampu memberi manfaat terbaik bagi orang lain. Dan jika anda sebagai pihak yang memberi manfaat lewat uang, maka tunaikan hak para pegawai atau orang yang bekerja untuk anda dengan sbaik mungkin dan sesuai dengan hasil jerih payah mereka. Ingat, memberi lebih sedikit dari yang seharusnya mereka dapat adalah dzolim, dan untuk itu akan ada urusan tersendiri antara anda dan Yang Memberi Rejeki.
sebenarnya kalau kita bekerja dgn niatnya beramal maka kita akan mendapatkan kenikmatan dunia dan akhirat… memang artikel yang bagus mas…
Mas Arief : Betul mas…kenikmatan dunia dan akhirat tidak tercapai jika kita hanya bekerja hanya untuk kerja itu saja….
hmm.. menarik nih. kayaknya agag sulit mencari orang yang berkerja dengan niat ibadah seperti itu mas.tapi saya mau fokus, bahwa kerja itu sendirilah yang mengandung nilai ibadah. bahwa kita harusnya bekerja tidak diam. kita harus mencari nafkah tidak bengong. dan disitulah nilai ibadahnya.
Sepertinya kita hidup di dua dunia, duania yang satu untuk kesjeahteraan sementara, yang lain untuk kesejahteraan abadi, semuanya berhubungan. Kita yang menetukan.
Menurut saya bekerja dan beramal harus berjalan beriringan…kita bisa bekerja sepenuh hati dan hasilnya sebagian untuk beramal.
Salam Sukses.