Di berbagai ayat, Allah selalu memakai kata “kami” saat menyampaikan proses pemberian rejeki. Itu menunjukkan bahwa Allah tak pernah memberikan rejeki one on one alias selalu ada perantara.
Perantara ini bukan hanya person tapi juga proses dan waktu.
Rejeki makanan misalnya, betapa banyaknya orang, kerja keras, sumber daya dan waktu yang dikerahkan untuk menjadikan seporsi makanan di piring kita.
Dari mulai nasi aja udah melibatkan begitu banyak pihak. Mulai pengadaan benihnya, mengolah tanahnya, pembibitan, penanaman, perawatan sampai panen lalu masih ada lagi proses pengolahan hingga jadi beras siap masak, belum lagi proses distribusi yg melibatkan bagian transportasi, kuli-kuli panggul, hingga pedagang kecil tempat kita membeli beras.
Makanya Rasulullah melarang kita mencaci makanan walaupun mungkin makanan itu tak sesuai selera kita. Karena ketika kita mencaci makanan, pada hakikatnya kita mencaci semua proses panjang terwujudnya makanan itu.
Akibatnya ketika udah dicaci maki eh kok dimakan juga, makanan itu jadi racun dalam tubuh. Jadi penyakit.
Itu baru rejeki makanan ya gaes yang insyaaLlah semua orang baik kafir maupun mukmin pasti dapat. Bahkan hewan yg tinggal di bawah batu di dasar lautan pun dapat.
Maka kalau bicara soal urusan dunia, sebenarnya kan sama aja toh antara punya mobil mewah harga milyaran dengan hanya punya kaki aja?
Boleh jadi yg kemana2 jalan kepanasan justru jarang banget sakit, umurnya lebih lama dan selalu bahagia. Udah banyak toh contoh orang2 desa yg hidupnya jauh dari kemewahan eh umurnya panjang2 karena rajin jalan kaki dan panas-panasan.
Bahkan sekarang banyak training2 kesehatan menyuruh membernya jalan kaki dan berjemur wkwkwk…
Para kuli tiap hari workout angkat bata, angkut semen, aduk semen, naik turun tangga workout tiap hari malah dibayar. Sementara orang kaya mau angkat beban, jalan kaki, senam harus bayar club gym jutaan.
So, jangan mempersempit arti rejeki hanya pada perkara dunia saja. Dibanding rejeki lain, harta itu sebenarnya paling murah dan paling kecil.
Betapa banyaknya manusia mendapatkan kesehatan gratis, anak2 yg sehat dan kuat gratis sementara sebagian lain harus bayar jutaan bahkan ratusan juta hanya biar bisa kentut.
Mereka yang pemasukannya besar, pengeluarannyapun besar dan lucunya sebagian besar hartanya dinikmati oleh pembantu-pembantunya.
Rumahnya gedeee banget, tapi sibuk kerja dan sering ke luar kota. Pembantunya nyantai di rumah, menikmati TV ukuran raksasa, menikmati makanan enak di kulkas, menikmati rumah yang megah. Nyantai di pinggir kolam dan menikmati gemulai ikan hias berharga jutaan.
Anak sholeh misalnya… nilainya takkan sebanding dengan kekayaan Bill Gates sekalipun. Bahkan andai ada 7 orang Bill Gates mau menyerahkan semua hartanya untuk ditukar dengan 1 anak sholeh pun takkan cukup. Lha dia sholat sunnah fajar doang aja udah setara dunia seisinya kok, apalagi cuma secuil Bill Gates.
Jantung anda misalnya, jantung sehat anda jika ditawarkan ada begitu banyak orang yang siap bayar milyaran. Mahal banget.
Jadi.. untuk apa kemrungsung hanya gara2 gak punya mobil? Kenapa sedih hanya gara2 tetangga baru beli mobil bagus. Padahal Allah beri kamu banyak hal yang mungkin orang lain gak punya.
Saya setuju bahwa harta itu memang sesuatu yang dititipkan ke dia 🙂