Perkembangan teknologi sedemikian canggihnya. Waktu dan jarak sudah bukan lagi masalah besar bagi manusia jaman sekarang. Di negeri manapun anda, kita bisa berinteraksi secara live. Jika dulu untuk ngobrol kita harus ketak-ketik sehingga yang jadi pembicara males juga, sekarang tinggal pasang webcam dan headset kita bisa ngobrol dengan beberapa orang sekaligus.
Pekan lalu saat halaqoh rutin pekanan kami, ustad sempat melontarkan sebuah ide halaqoh online kepada saya. Lalu saya pikir, apakah diperbolehkan halaqah dengan cara seperti itu? Tanpa pertemuan dan tanpa silaturahim. Untunglah diskusi itu terjadi di Indonesia lalu saya sampaikan saja untuk di Indonesia sepertinya belum bisa ustadz. Soalnya koneksiya masih lelet dan nggak semua ikhwah punya koneksi internet sendiri di rumah.
Kemungkinan adanya halaqoh online sih sangat mungkin. Terutama di negeri-negeri dimana ikhwah masih amat jarang dan terpisah jarak yang jauh. Untuk kasus seperti ini, sangat mungkin dilakukan hangout menggunakan Google+ untuk berhalaqah ria. Sehingga rutinitas pekanan itu bisa tetap terlaksana. Atau bisa juga misalnya suatu halaqah di Indonesia mengundang pembicara dari halaqah di negeri lain misalnya Jepang lalu saling sharing pengalaman dakwah di negeri sakura itu. Keren kan halaqah sekali-kali mengundang ustadz langsung dari Mesir misalnya. Nanti disana ada syaikh yang menyampaikan fatwa-nya didampingi mahasiswa kita sebagai penerjemah.
Tapi untuk halaqah inti dimana diperlukan tatap muka rutin pekanan untuk Indonesia mungkin masih belum perlu. Lha dimana-mana kita bisa ketemu sama ikhwah. Lagipula, bukankah perjalanan kita menuju halaqah adalah termasuk bagian dari ibadah juga.
Jadi sangat sayang kalau kesempatan itu kita sia-siakan hanya karena dimanjakan oleh sebuah teknologi. Suasana ukhuwah takkan bisa tergantikan oleh kotak ukuran 17 inchi sekalipun. Dan ingat, halaqah online takkan memungkinkan kita bersalam-salaman dengan saudara-saudara kit, padahal salaman itu menghapuskan dosa.
Kemungkinan menyelenggarakan halaqah online memang bisa terjadi, tapi sungguh halaqah offline tetaplah metode terbaik 🙂
buat halaqoh online bagus tapi afdhol na adalah langsung tatap muka..klo ada Syekh Arab jgn lupa undang ane..isnyaAllah ane siap jadi translate arabic, walau masih dalam tahap belajar…hehehehe
Jadi teringat, waktu kuliah saya pernah menjalani kegiatan ini (halaqoh), rutin tiap minggu. Menyenangkan sekali rasanya. Suasana religi + keakraban kental sekali.
Sayang sekarang sudah nggak bisa (atau mungkin nggak mau?!) Kayaknya ide halaqoh online menarik juga ya mas?
Siapa tau saja banyak yg spt saya merindukan suasana halaqoh tapi terbentur bla, bla, bla…
Hehehe… bla-bla-bla-nya itu yang harus diatasi. Halaqoh Online mungkin tepat dalam situasi darurat aja 🙂
hmhh, bla..bla ya mas hehe… Bener juga. Mksih nih renungannya.
Kalau halaqoh sama saya mau?
Via nongkrong di G plus…
Siap jadi mutarobi…
Mungkin saja pak.
Untuk muslimah yang mau ikutan halaqoh online dapat gabung di sini: http://www.jeelulquraan.wordpress.com