Semua manusia di dunia ini diberi kesempatan dan waktu yang sama oleh Allah. Tapi kenapa ada orang yang hidupnya seolah-olah gak ada waktu sama sekali tapi ada juga yang seolah-olah waktu baginya seperti 48 jam sehari. Bebaaas banget.
Saya mencoba menganalisa dari kasus beberapa member cafebisnis juga dari beberapa teman yang saya temui. Ternyata problemnya bukan pada banyak atau sedikitnya pekerjaan. Mereka yang kita lihat seolah-olah gak punya waktu kalau di list beneran apa saja yang dia kerjakan ternyata kerjaannya hanya itu-itu saja. Sementara teman yang terlihat waktunya begitu banyak sehingga bisa aktif di sana-sini justru jadwal hariannya padat sekali.
Jadi apa yang salah? Benarkah ini salah waktu yang cuma 24 jam? Rasanya gak mungkin karena saya bisa memastikan waktu teman kita yang sibuk adalah 24 jam sehari, sementara waktu yang diterima rekan kita yang banyak waktu luang pastilah juga 24 jam sehari.
Sayapun coba menganalisa diri saya pribadi. Terkadang saya memang terasa terhimpit waktu, tapi kadang juga merasa waktu begitu longgar dan lama berlalu sehingga banyak pekerjaan yang terselesaikan dengan baik. Dari penelusuran pengalaman ini saya menemukan bahwa kuncinya pada PRIORITAS dan PENUNDAAN.
Setiap kita pasti punya skala prioritas. Ketika saya tanya temen yang katanya gak punya waktu untuk belajar, saya bilang padanya, gimana kalau saat ini, detik ini anak anda ketabrak motor dan harus dibawa ke rumah sakit. Diperkirakan anda harus disana selama 2 jam bahkan lebih. Kira-kira anda akan bawa anak ke rumah sakit atau tetap melanjutkan pekerjaan? Gak ada jawaban lain kecuali pergi ke rumah sakit dan belanjakan waktu 2-3 jam kerjanya untuk si buah hati.
Padahal kita semua tahu, di rumah sakit dia cuma ngganggur. Kerjanya kan cuma bawa si anak dan nunggu. Tapi itu mau dilakukan, gak perlu kerjaan sedang menumpuk dan deadline di depan mata. Kenapa bisa begitu?
PRIORITAS. Secara alami, kita menempatkan keselamatan keluarga di posisi nomor 1. Ketika keselamatan anak dalam bahaya pikiran sudah menempatkan diri untuk bersegera mengerjakannya. Ada emosi yang terlibat, ada ketakutan yang menghinggap dan ada harapan besar supaya anak kita sembuh.
Manusia cenderung mencari nikmat, menghindari sengsara. Dengan bekal inilah kemudian dibuat skala prioritas di pikiran manusia. Masalahnya kemudian, kita sering tidak terlatih dalam menempatkan skala prioritas ini.
Misalnya pekerjaan yang bisa diselesaikan dalam 1 pekan, ternyata tidak kita selesaikan dalam sepekan. Kita tunda, kita cari kesenangan karena pekerjaan di awal-awal pekan ringan karena deadline masih jauh. Begitu kurang 2-3 hari baru kebingungan. Otak berusaha menghindari sengsara, takut dipecat, takut gak dapat gaji lagi, takut anak istri gak makan. Akhirnya barulah mau bergerak mengerjakan tugas. Memang tugasnya akhirnya selesai, tapi dengan waktu yang berantakan.
Nah, coba list kegiatan anda dalam sehari. List kegiatan dalam sepekan. Pekerjaan yang bisa dicicil selama sepekan, maka cicil sepekan. Satu saja pekerjaan anda tunda, besok akan ada pekerjaan baru lagi sehingga besok anda harus kerjakan 2 pekerjaan. Kalau masih males ngerjakan juga, besoknya lagi pekerjaan akan nambah 1 lagi hingga jadi 3. Demikian seterusnya hingga akhir pekan yang seharusnya bisa untuk aktifitas lain, justru harus anda korbankan untuk membayar penundaan anda.
Semakin banyak waktu yang tertunda,terkadang semakin tak terlihat untuk merancangkan skala prioritasnya
terima kasih mastash. Saya mau belajar nyicil aktivitas juga, yg seolah2 padat, padahal bisa dikerjakan segera.
mas, kya na ada tulisan yg lupa diedit kira-kira anda akan bawa anda ke rumah sakit.. yg betul anda or anak anda????
trims koreksinya đŸ™‚
Numpang copy tulisannya.
http://smkn1bombana.sch.id/html/index.php?id=artikel&kode=2
Silahkan.. moga bawa manfaat
Saya malah berfikir 24jam, tapi 1 minggu terasa sangat cepat…
artikelnya bagus
sebagai pelajaran juga menempuh hidaup lebih baik
wah bermanfaat nih artikel, boleh izin di copy gan?:D
dari sini kita bisa tahu bahwa watu sedetik itu sangatlah berarti. tapi masih kurang bisa memaksimalkan waktu sedetik itu..
harus mencoba koreksi diri sendiri neh..heeem
seperti itulah manusia,, dikasih hati minta jantung, dikasih ajntung pengen ampela.. sulit..
Dulunya, skala utama saya it cuma belajar untuk mencari nilai. Sehingga saya kurang ada waktu untuk bergaul. Dan orientasi saya cuma untuk dapat nilai tinggi.
Tapi, sekarang saya sadar bahwa yang saya butuhkan adalah ilmunya bukan sekedar nilai.
Dan harus bergaul, karna untk jdi org sukses harus ada waktu, talent and realationship. . .
đŸ™‚
harus punya jadwal yang pasti supaya skala prioritas bisa jalan dan juga konsistensi,kalau ga konsisten dah pasti ga akan jalan,tiru aja cara jam kerja karyawan tapi bukan tiru mental karywannya he.he.
bukan ngga punya waktu, tapi ngga mau meluangkan waktu. Cuma masalah pilihan aja, gimana memanage waktu yang ada.
Terima kasih atas informasinya. Memang hanya karena ingin memanjakan diri hari ini kita sering melupakan akibat yang akan terjadi esok hari
Ada manusia yang yang terikat oleh waktu, bahkan diperbudaknya, karena waktu berjalan seimbang dengan keinginan materi, karena pada dasarnya manusia adalah budak dunia….tq