Sering kita dengar pertanyaan-pertanyaan ini terutama di sosmed. Sekilas pertanyaannya seakan benar, apalagi jika diberondongkan semua tanpa mereka mau dengerin penjelasan kita.
Sebab ya emang itulah satu-satunya agar pertanyaannya masuk akal yaitu terus berondong dg pertanyaan sampai yang ditanyain lama-lama ogah jawab dan taraaa dia jadi pemenang debat kusir.
Tadinya saya mau jawab pertanyaan2 ini di status pemilik akunnya tapi ya males sebab udah tahu hasil akhirnya dia gak akan percaya juga. Jadi ya mending buat konten blog aja lumayan bisa nambah pemasukan adsense. Ya toh?
Ok, ini daftar pertanyaannya:
Kita mulai dari yang pertama:
Jika Masker berfungsi kenapa jaga jarak?
Sebab, masker yang dipakai orang-orang itu berbeda-beda kualitasnya. Beda kualitas tentu beda efektifitas pencegahannya. Ada masker yang mampu mencegah hingga 90%, ada yang bahkan cuma 30% doang.
Gak mungkin dong mau ketemu orang tanya dulu kualitas maskernya lalu di-test seberapa efektif masker itu mencegah droplet.
Maka, selain pakai masker, kita juga perlu jaga jarak. Siapa tahu lawan bicara kita maskernya bocor. Lha kondom yang katanya mencegah hamil aja bisa bocor kok, apalagi masker 😀
Jika Jaga Jarak berfungsi kenapa pakai masker?
Kalau hanya jaga jarak, resiko tentu sangat besar. Jadi gak ada yang bilang jaga jarak doang berfungsi. Kecuali jaga jaraknya 10 meter. Sebab lontaran droplet mampu mencapai 8 meter dan bisa lebih jauh lagi jika postur tubuh orangnya cukup besar. Anda mau ngobrol sama orang dengan jarak 10 meter?
Nah, biar tetap aman, maka selain jaga jarak ya pakai masker. Jadi kalaupun ada yang muncrat, resikonya masih kecil.
Jika keduanya berfungsi, kenapa PPKM?
Kalau semua orang disiplin selama ketemu jaga jarak dan pakai masker, maka tanpa PPKM juga gak masalah. Namun kenyataannya, ada banyak momen yang membuat kita bertemu dan ngobrol tanpa masker.
Misalnya di kantor lalu makan siang. Udah betul selama kerja pakai masker dan jaga jarak. Eh pas di kantin atau warung copot masker toh? Masak makan pakai masker?
Nah, kebiasaan ngilangin stress, sambil makan sambil ngobrol toh? Apa pas ngobrol maskernya dipakai? Penularan yang paling sering terjadi justru ketika makan bersama. Itulah sebabnya pada prokes ditambah menghindari makan bersama.
Untuk mengurangi pertemuan saat bekerja inilah diterapkan PPKM. Setidaknya sampai rumah sakit mampu handle pasien corona yang berjibun.
Jika ketiganya berfungsi kenapa wajib vaksin?
Vaksin bukan untuk pencegahan corona. Fungsi vaksin adalah menyiapkan sistem imun tubuh agar dapat segera mengenali virus corona. Kita nggak tahu kapan akan kena, sebab corona gak pernah ngasih jadwal kapan akan berkunjung.
Lagipula PPKM tidak benar-benar memutus rantai penyebaran. PPKM hanya mengurangi saja agar tidak terlalu over sehingga rumah sakit kewalahan.
Jika herd imunity telah terbentuk lewat vaksin, maka sebagian besar populasi dapat menyembuhkan dirinya sendiri tanpa perlu bantuan tenaga medis. Cukup istirahat secukupnya di rumah.
Maka RS bisa fokus menangani pasien yang kondisinya memang kritis saja sehingga peluang terselamatkan lebih besar.
Jika vaksin aman, kenapa tidak ada pasal perlindungan
Pasal perlindungan itu seperti apa maunya? Jika terjadi hal-hal diluar kontrol medis, maka pemerintah memberikan perawatan gratis. Inipun sangat jarang terjadi. Bahkan tidak sampai 0,01% dari jumlah yang mendapatkan vaksin.
Error faktor ini tentu sulit dicegah, tapi kalau terjadi bisa segera ditangani. Itulah sebabnya RS jangan sampai kewalahan terima pasien gara2 kamu-kamu yang males menjalankan prokes.
Info lengkap dapat dibaca di sini: https://covid19.go.id/edukasi/masyarakat-umum/penanganan-kipi-untuk-program-vaksinasi-nasional-ditanggung-pemerintah
Jika banyak KIPI karena vaksin, kenapa harus vaksin?
Kata banyak itu berapa? Jika yang menerima manfaat sudah puluhan juta bahkan ratusan juta sementara yang meninggal katakanlah hanya 100 orang, maka mana bisa disebut banyak?
Berapa banyak korban pesawat terbang? Tapi kenapa pesawat masih tetap digunakan? Kalau pakai teori asal ada yang meninggal maka seluruhnya harus ditiadakan, maka kita gak akan bisa hidup.
Berapa banyak yg naik mobil lalu meninggal? Maka mobil dilarang?
Berapa banyak yg naik kereta lalu meningga? Lalu kereta dilarang?
Berapa banyak orang meninggal di kamar mandi? Apa terus semua orang dilarang ke kamar mandi?
Maka menentukan banyak atau sedikit itu harus pakai statistik dan harus jelas perbandingannya.
Jika vaksin berfungsi kenapa harus prokes dan PPKM?
Anda tahu berapa orang yang belum vaksin? Di negeri ini yang belum vaksin masih sangat banyak. Hanya 30% saja yg sudah mendapatkan vaksin dosis 1 dan yang udah lengkap malah baru 17%.
Apa anda mengira dengan 30% yg vaksin otomatis virus ilang? Hehehe… Gak gitu cara kerjanya bro. Agar tercipta herd imunity maka minimal 80% populasi harus memiliki sistem imun. Saat itulah penularan virus akan benar-benar bisa dicegah.
Maka, sebelum herd imunity tercipta, kita masih diminta untuk tetap jaga prokes, sebab walaupun sudah vaksin, tubuh kita mungkin sudah siap menangani, tapi kita masih berpotensi sebagai carrier yang bisa menyebarkan virus ke orang lain yang belum vaksin.
Ya walaupun tetap aja 20% yang gak vaksin itu akan ada potensi terkena, namun RS akan mampu menanganinya tanpa kewalahan.