Kondisi IHSG beberapa bulan terakhir ini memang cukup memprihatinkan. Naik turun gak jelas seperti menanti sesuatu. Bagi trend follower, kondisi seperti ini memang bikin puyeng karena saham akan sering kena cutlose dan setelah cutlose malah naik lagi.
Ada beberapa cara mengatasi ini yaitu mulai mengurangi RPT ketika kondisi IHSG sedang downtrend. Menguranginya bisa bertahap. Misalnya di kondisi normal menggunakan RPT 0,7% maka saat IHSG downtrend, bisa pakai RPT 0,5% dan jika terkonfirmasi downtrend, langsung ubah jadi RPT 0,3%.
Saya sendiri menggunakan semacam metode pembelian bertingkat di tiap trading, sehingga dalam kondisi IHSG seperti apapun tidak masalah. Namun, metode ini baru saya uji secara serius 3 bulan terakhir saja dan alhamdulillah hasilnya lumayan bagus jika dibandingkan dengan system Tapak Naga yang saya ikuti.
Jadi, system Tapak Naga itu memberikan laporan bulanan berapa pertumbuhan kinerja Equity. Laporan inilah yang kita gunakan untuk menilai apakah kinerja kita sudah on the track atau malah melenceng jauh.
Jika selisih dikit-dikit sih boleh dibilang masih on the track. Tapi kalau terlalu jauh, artinya ada masalah dengan cara trading kita.
Selama 3 bulan terakhir, inilah perbandingan kinerja bulanan saya vs Tapak Naga
Bulan | My Equity (%) | Tapak Naga (%) | IHSG (%) |
Agustus | 9.05 | 2.86 | 2.16 |
September | -1.89 | -6.85 | -0.41 |
Oktober | -1.23 | 1.25 | 0.55 |
Apakah ini berarti metode saya terbukti lebih bagus? Dalam 3 bulan terakhir iya, tapi ini gak bisa dijadikan patokan mengingat datanya hanya 3 bulan saja.
Kalau dibuat setahun juga gak bisa mengingat beberapa bulan sebelumnya saya masih tambal sulam sistem tradingnya sehingga tidak sepenuhnya menggunakan sistem TN. hehehe…
System yang saya pakai 3 bulan ini adalah dengan cara membeli saham dalam 2x trading. RPT yang saya pakai adalah 1% tapi belinya dalam 2 tahap.
Tahap pertama hanya 0,3% saja. Jika emiten bergerak sesuai kriteria yg saya tentukan, maka baru saya tambahkan lagi dengan RPT 0,7%.
Namun, di saham-saham tertentu dimana false TB-nya terlalu banyak, saya hanya pakai 0,3% saja dan baru nambah lagi jika saham itu muncul di incaran kembali.
Kekurangan metode ini adalah jika saham ditarik tinggi saat TB sehingga secara kriteria termasuk strong TB. Namun ketika saya tambah porsi justru dibanting hehehe…
Itulah yang terjadi di bulan ini dimana beberapa emiten menunjukkan TB yang bagus tapi beberapa hari setelahnya dibanting sehingga floating profit yang sudah ijo berubah jadi mines dalam.