Catatan Ramadhan Lutvi Hari ke-7
Ada fenomena menarik setiap kali Ramadhan tiba yaitu penuhnya jamaah sholat. Bahkan sholat subuhpun masjid2 penuh dengan jamaah. Yaa walaupun nantinya ketika menjelang akhir ramadhan jamaah itu mengalami kemajuan alias shaf-nya yg tambah maju tapi secara rata-rata masih lebih banyak dibanding bulan-bulan yang lain.
Perolehan infaq masjid pun mengalami panen raya saat Ramadhan. Jika biasanya infaq hanya ketika sholat jumat saja, sekarang penerimaan infaq bisa tiap hari saat Tarawih.
Puasa? tak usah ditanya karena memang wajib, maka sudah pasti banyak yang melaksanakannya. Tapi coba anda bandingkan rasanya puasa di bulan Ramadhan dengan puasa senin kamis atau puasa 3 hari tiap bulan. Rasanya beda. Puasa Ramadhan terasa ringan.
Apa karena saat Ramadhan tidak banyak warung yang buka? Ternyata tidak. Warung2 pun banyak yg buka walau ditutup dengan korden. Bahkan banyak penjual makanan minuman di pinggir jalan lengkap dengan pembeli yang sedang asyik menyantap makanan di siang hari secara terang-terangan. Yaaa.. kita husnudzon saja, mungkin beliau sedang dalam perjalanan alias musafir sehingga boleh tidak puasa.
Pertanyaannya kenapa saat Ramadhan ke masjid rasanya ringan, infaq rasanya gampang dan puasa rasanya nyaman?
Banyak yg bilang karena syetan2 di belenggu. Saya rasa tidak. Buktinya masih ada saja yg berbuat maksiat di bulan Ramadhan. Bahkan maling2 juga berkeliaran saat orang2 sedang ke masjid.
Saya melihat ini sebagai sebuah kekuatan jamaah. Saat kita melakukan sesuatu bersama-sama, rasanya jauh lebih ringan daripada kita melakukan hal tersebut sendirian.
Anda ke masjid tapi anda juga yang harus adzan, iqomah, jadi imam sekaligus makmumnya alias sendirian di sana. Biasanya setelah beberapa kali giliran anda yang males ke masjid itu lagi dan memilih masjid lain. Atau bahkan memilih sholat di rumah?
Saat puasa sunnah kok sendirian sementara semua karyawan di kantor tidak ada yang puasa. Rasanya sungkan, berat dan akhirnya lama-lama mulai bolong2 puasa sunnahnya.
Sebagai makhluk sosial, kadang kita memang butuh dukungan atas apa yang kita lakukan. Butuh teman, butuh jamaah. Maka, bergaullah dengan jamaah yang benar. Jamaah yang senantiasa berfastabilqul khoirot. Berlomba-lomba dalam kebaikan.
Dengan bergabung dengan jamaah amaliyah, motivasi untuk senantiasa beribadah akan terus diperbarui. Melihat rekan2 jamaah kita berusaha memenuhi target amaliyah walau kondisi kekurangan akan memicu kita untuk ikut memenuhi target.
Apalagi kalau dalam jamaah itu ada satu orang saja yang cukup cerewet mengingatkan amaliyah harian kita. Wah pasti lebih semangat lagi ibadahnya. Mungkin di awal2 kita melakukan karena malu dengan jamaah kalau sampai ketinggalan amaliyah yaumiyah. Tapi setelah terbiasa, akan terasa ringan dan sudah tak peduli lagi dengan kondisi di sekitar. Ada atau tidak ada teman akan terus memenuhi amaliyah yaumiyah.
Di Bulan Ramadhan ini, saat ada banyak jamaah ke masjid, akan lebih elok jika mulai membangun lingkaran jamaah sendiri. Mencoba membuat target amaliyah sendiri dan berusaha memenuhinya sendiri. InsyaaLlah bergerak dalam jamaah akan membuat kita lebih nyaman beribadah, lebih bersemangat dan selalu termotivasi saat iman sedang dalam kondisi turun.