Rasulullah saw menyampaikan:
Telah datang kepada kalian Ramadhan, bulan yang penuh berkah. Allah wajibkan kepada kalian puasa di bulan ini. Di bulan ini, akan dibukakan pintu-pintu langit, dan ditutup pintu-pintu neraka, serta setan-setan nakal akan dibelenggu. Demi Allah, di bulan ini terdapat satu malam yang lebih baik dari pada 1000 bulan. Siapa yang terhalangi untuk mendulang banyak pahala di malam itu, berarti dia terhalangi mendapatkan kebaikan. (HR. Ahmad, Nasai 2106, dan dishahihkan Syuaib al-Arnauth)
Mari kita bayangkan, jika Rasulullah saw ada di tengah-tengah kita. Sosok yang terpercaya, tak pernah dusta, bahkan tatkala bercanda. Sosok yang setiap kata-katanya adalah hujjah. Bayangkan beliau menyampaikan hadist di atas.
Apalagi beliau sampai bersumpah demi Allah. Kira-kira bagaimana perasaan kita. Sedih? Marah? Sudah pasti gembira bukan? Bahkan dalam kenyataannya, yang bergembira menyambut Ramadhan bukan hanya umat Islam, tapi juga non muslim. Kok bisa?
Karena biasanya pas Ramadhan penjualan meningkat tajam. Jualan apa saja mulai bahan makanan, kue, pakaian, perlengkapan sholat bahkan cat dan peralatan bangunan ikutan meningkat penjualannya.
Kegembiraan menyambut Ramadhan ini diwujudkan dengan berbagai cara. Ada yang mengadakan pawai keliling kampung, ada yang berbagi makanan dengan tetangga, bahkan ada yang sekedar broadcast memberitahu bahwa Ramadhan telah tiba.
Memang tak ada dalil yang secara jelas mengatakan bahwa Rasulullah berpawai menyambut Ramadhan, kalau berbagi makanan insyaaLlah ada karena dalam banyak riwayat Rasulullah memang suka berbagi makanan.
Namun cara mewujudkan kegembiraan atas hadirnya sebuah kabar gembira tentu berbeda-beda caranya. Di timur tengah, cara mewujudkan kegembiraan adalah dengan menembakkan senapan di udara. Di eropa mungkin dengan pesta minum teh. Di Indonesia caranya dengan berpawai dan berbagi kue apem serta masih ditambah dengan zairah kubur.
Tak ada yang salah selama kegembiraan itu tidak bertentangan dengan syariah. Toh gak mungkin kan saking gembiranya menyambut Ramadhan lalu mabuk-mabukan atau joget semalam suntuk. Yang ada paling ya tahlilan, pawai keliling kampung, saling berbagi makanan, saling silaturahim dan minta maaf serta di jaman modern ini memanfaatkan sosmed untuk menebar kegembiraan.
Mudah-mudahan bulan Ramadhan tak hanya membawa rahmat bagi umat, tapi juga membawa persatuan dan saling mengerti sesama umat Islam.