Pernahkan anda membeli saham yang menurut para pakar diprediksi akan naik dalam 1-2 pekan ke depan. Anda beli cukup banyak eh kemudian sahamnya malah turun. Anda jual saham yg harganya naik dan anda belikan saham yg lagi turun itu untuk avg down. 1-2 pekan berlalu dan saham itupun terus turun. Sementara cash anda sudah habis, sehingga dana anda nyangkut di saham tersebut.
Padahal dalam dunia trading, saat kita menjual saham yg dalam kondisi rugi lalu membeli saham lain yg sedang naik, sebenarnya kita tidak benar-benar rugi lho. Lho kok bisa?
Kita baru bisa dibilang rugi, jika kita jual saham kemudian karena jengkel, kita ambil uangnya dan belikan sesuatu yg tidak membawa untung, misalnya buat beli makanan atau hura-hura dg harapan menghilangkan stress.
Maka, ketika saham kita sedang turun dan menyentuh batas kedalaman minimal yg kita tentukan, misalnya 5%, langkah yg paling tepat adalah melakukan swing alias pindah saham. Lebih enak didengar toh? Hehehe….
Ya nggap aja gini, anda naik lift dari lantai 5 dan pengennya ke lantai 10. Begitu masuk, eh ternyata lift-nya turun. Maka langkah paling tepat dan cepat adalah berhenti di lantai 4 dan pindah lift yg lagi ke atas.
Apakah anda rugi melakukan itu? Ya mungkin cuma rugi waktu saja dan biaya sekuritas. Itupun cuma nol koma sekian persen doang.
So, coba mulai ubah persepsi tentang cutloss dan ganti dengan swing alias berayun atau pindah ke saham yang lebih berpotensi naik.
Kalau anda menggunakan software HOTS dari Mirae Sekuritas, anda akan melihat bahwa Equity anda tidak berubah sama sekali saat anda melakukan swing dari satu saham ke saham lain. Karena equity dihitung berdasarkan nilai pasar saham saat itu. Artinya ketika harga saham yg anda pegang turun, equity anda akan otomatis langsung turun walaupun anda tidak menjualnya.
Dengan menggunakan cara swing ini, anda akan mendapatkan keuntungan waktu dan pertumbuhan equity yg lebih maksimal karena anda tidak perlu menunggu saham anda kembali naik.
Harus anda ingat bahwa jika saham anda turun sampai 10% misalnya, maka untuk bisa kembali ke posisi semula, dia harus naik lagi 10%. Itupun kalau berhasil naik. Bagaimana jika posisi sedang downtrend, bisa-bisa baru naik 5% dia turun lagi lebih dalam hingga kerugian mencapai 20% atau bahkan 50%.
Maka mulai sekarang tidak perlu ragu untuk cutloss. Karena tindakan cutloss itu bukan membuat kita rugi, tapi membuat kita mampu pindah ke saham yang lebih baik pertumbuhannya.
Berapa persen harga turun sebelum cutloss?
Dulu saya menggunakan metode prosentase dan berlaku untuk semua saham. Namun ternyata cara itu kurang efektif. Sekarang saya menggunakan garis support dan resistance. Di channel saham bejo, saya sering menunjukkan garis support dan resistance ELSA. Dari titik2 itu bisa kita gunakan sebagai patokan untuk menentukan batas stoploss-nya.
Misalnya harga saat itu 550 dan garis supportnya hari itu ada di 500, maka kita bisa tentukan batas stoploss-nya di 495 misalnya. Artinya kalau harganya menembus garis support, kita akan jual.
Tapi kalau ada 2 garis support yang jaraknya gak terlalu jauh, saya biasanya pake patokan yang bawah