Ujian Nasional ataupun test minat dan bakat sebenarnya tujuan akhirnya sama yaitu berusaha memetakan siswa berdasarkan kemampuan individunya.
Namun, UN dinilai hanya mampu menilai seseorang berdasarkan prestasi akademisnya dan ternyata prestasi akademispun tidak selalu seiring dengan prestasi dalam kehidupan.
Bagaimana dengan test minat dan bakat?
Ada banyak test minat dan bakat dengan klaim paling akurat. Namun, jika anda mencoba mengikuti beberapa jenis metode test, anda akan menemukan bahwa seringkali kesimpulan test-nya saling bertentangan.
Dalam seminar Live Revolution Tung Desem Waringin mengatakan bahwa dirinya menurut test minat dan bakat berminat pada bidang musik dan lemah dlm public speaking.
Tapi kenyataannya, beliau gak bisa main musik dan jago ngisi seminar.
Apa test-nya salah? Nggak
Karena beliau lebih melatih public speakingnya daripada main musik.
Maka benarkah kita perlu melakukan berbagai test untuk menentukan sebenarnya kita ini berminat atau berbakat di bidang apa?
Salah Jurusan
Kenapa selama ini ada banyak mahasiswa salah jurusan? Tidak berminat di bidang yang sudah dia pilih sendiri.
Jawabnya karena anak2 kebablasan mengartikan benar dan salah. Sampai2 menggambarpun ada penilaian benar dan salah bagus dan buruk. Padahal itu kan pelajaran seni?
Ujian mengarang cerita bisa ada yg nilainya baik dan ada yang nilainya buruk. Kok bisa? Padahal mengarang itu kan wilayah kreatifitas yang tidak ada benar salah di sana?
Akhirnya saat memilih jurusan, dia menahan keinginannya, takut disalahkan orang tua, takut diejek teman, takut malu dengan tetangga akhirnya terpaksa milih masuk perguruan tinggi dan gak paham jurusan yang dia pilih apaan. Sebabnya cuma karena malu dikira gak bisa kuliah
Anak2 tidak diberi ruang berekspresi, mereka dibatasi dalam mengemukakan pendapat. Ada yang dikasih kesempatan tapi jika beda dibully habis2an. Bahkan guru dan ortunya sendiri berperan besar menghancurkan kreatifitas dlm otaknya hanya karena si anak punya pendapat yg beda.
Anak2 saya hanya mengenal benar dan salah berdasarkan hukum agama dan undang2. Hal-hal selain itu bebas. Mau kuliah silahkan, pengen nganggur boleh, ndak mau masuk sekolah gpp, gak mau pake seragam sekolah silahkan.
Tapi gak mau sholat ya cubit. Gak mau puasa, hajar. Mencuri, berbohong, harus dihukum. Main game, nonton youtube sepanjang hari saya perbolehkan, tapi waktu sholat harus berhenti saat itu juga. Gak ada alasan videonya masih panjang, gamenya masih seru.
Sehingga anak2 tahu mana sih yg dijadikan pondasi membuat keputusan dan mana wilayah yang bisa dikreasi sebebas mungkin. Kalau semua hal berdasarkan apa kata mama, apa kata papa, apa kata tetangga, apa kata teman ya gak bisa luwes gerak anak2 kita, akhirnya… salah jurusan
Ijinkan Anak mengeksplor dunianya dan membuat keputusan sendiri atas hidupnya
Negara perlu mendorong berdirinya lembaga2 pendidikan yang fokus di 1 bidang. Misalnya sekolah musik, sekolah basket, sekolah bisnis, sekolah internet marketing, dll
Nah, sekolah2 inilah yang perlu membuat ujian masuk sehingga bisa diketahui apakah anak tersebut memang punya potensi di bidang tersebut atau tidak.
Ketika anak sudah memilih suatu bidang, tinggal dilatih dengan baik. InsyaaLlah akan berpeluang lebih sukses karena fokus anak hanya di satu bidang itupun bidang yang memang dia sukai