Antara Bid’ah dan Syiar Agama


Sejak kemarin saya coba memberikan opini terkait maraknya berbagai macam cara umat Islam dalam menyambut Ramadhan dan beredarnya aneka artikel yang menyalahkan cara2 yang dipakai kebanyakan umat Islam. Inilah status facebook saya:

Puasa di bulan Rajab kena bid'ahPuasa di bulan Sya'ban kena bid'ahDoa supaya diberkahi di bula Rajab dan Sya'ban lagi2…

Posted by Bejo Paijo on Monday, June 1, 2015

 

dan dilanjut dengan status kedua

Saya itu udah gak pernah lagi qunut Subuh. Dulu waktu kecil qunut :DSaya juga gak ikut tahlilan klo ada yang meninggal…

Posted by Bejo Paijo on Monday, June 1, 2015

 

Lalu pada hari ini, saya juga post:

Ada tahlilan, ada muludan, ada peringatan Isra' Mi'raj, peringatan Nuzulul Quran, peringatan Muharram, belum lagi Halal…

Posted by Bejo Paijo on Tuesday, June 2, 2015

 

 

Dari ketiga status tersebut, saya coba mengingatkan teman-teman yang menurut saya sebenarnya sudah sangat baik karena mau mengingatkan saudaranya. Namun mungkin caranya perlu lebih diperhalus lagi.

Ada banyak sebenarnya kesalahan umat Islam ini yang lebih layak untuk dikritisi daripada menyalahkan cara syiar mereka. Rasulullah SAW sendiri tidak pernah memberikan patokan baku bagaimana mensyiarkan Islam. Kita diberikan keleluasaan untuk bereksplorasi, memanfaatkan berbagai media dalam mengingatkan umat akan nilai-nilai keIslaman.

majelisdzikir

Contoh yang paling sering dikritisi adalah Majelis Dzikir. Saya melihat kegiatan itu tak lebih dari syiar Islam saja. Belum tentu lho yang ikut majelis dzikir itu tiap hari melakukan hal yang sama. Dengan adanya majelis tersebut yang diadakan tiap Kamis atau tiap bulan dalam skala besar, maka mereka yang gak pernah dzikir jadi berdzikir (walaupun ya itu tadi, dzikirnya pas acara itu doang). Tapi kan lumayan gitu lho daripada gak sama sekali.

Lalu dzikir yang dikeraskan setelah sholat. Saya termasuk yang bersyukur dengan kegiatan itu. Karena saya hafal dzikir sekarang itu ya gara-gara pas kecil hidup di lingkungan Nahdliyin dan tiap hari mendengar dzikir tersebut baik di mushola maupun di rumah. Walaupun gak ada niatan menghafal, tapi kalau didengarkan terus kan jadi hafal juga.

Pernah ada cerita seorang kawan yg ketemu nasrani. Itu nasrani lha kok juga hafal Al-Fatihah dan dzikir. Pas ditanya dengan enteng dijawab, lha rumah saya dekat masjid, sehari minimal 5 kali saya denger itu, gimana gak hafal 😀

Karena itu saya minta teman-teman yang ilmu hadist-nya sudah sangat mempuni, coba deh dipilih-pilih lagi hadist yang hendak disampaikan. Mana yang paling urgent bagi umat ini. Hadist tentang sholat berjamaah misalnya. Kenapa bukan itu yang didengung-dengungkan terus.

masjid-sepi

Coba anda lihat masjid-masjid sekarang. Sepiii banget. Orang sibuk dengan urusan duniawinya, lupa dengan kehidupan akherat. Harusnya mereka inilah sasaran dakwah kita.

Hadist tentang ukhuwah Islamiyah, hadist tentang birrul walidain, hadist tentang taharah, ada banyaaaak banget hal yang lebih urgent yang umat ini gak tahu. Bahkan soal Jilbab aja kita masih harus kerja keras menyadarkan umat Islam. Eeeh… lah kok malah yang wilayah khilafiyah lebih diurus.

Yuukk… lebih utamakan ukhuwah, lebih fokus ke lingkaran luar agama. Fokus ke orang2 Islam yang gak ngerti Islam. Gak jalanin syariat Islam. Gak pernah sholat apalagi baca Quran. Merekalah sasaran dakwah kita yang terbesar saat ini. Kita bantu mereka yuuk. Mau kan?

Masukkan alamat email anda untuk mendapat update terbaru: