Percaya Diri vs Sombong 1

Percaya Diri vs Sombong


Percaya Diri vs Sombong 2Hari ini begitu mudahnya orang menuduh orang lain “sombong” padahal seringkali yang bersangkutan mencoba untuk menunjukkan kepercayaan dirinya. Bahkan yang lebih lucu lagi, saya pernah ditanya seseorang pertanyaan yang saya tak bisa menjawabnya. Karena gak tahu ya saya jawab maaf saya nggak tahu. Eh tiba-tiba dia SMS, “Ditanyain gitu aja gak mau jawab, orang kalau udah sukses pasti sombong”. Dyarr… ini yang edan saya atau kebetulan di SMS orang edan? wkwkwk…

Jika kita menjalani hidup berdasarkan pendapat orang lain, maka selamat datang di kehidupan yang serba menyusahkan. Apapun yang kita lakukan pasti bisa di cela. Ketika kita berkata, “Saya adalah programmer top Indonesia” orang akan berkata, “Sombong banget”. Lalu saat kita berkata, “Saya cuma programmer biasa” maka orang akan berkata, “Orang kok lemes gak punya semangat dan kepercayaan diri” hehehe…

Jadi harus gimana dong?

Allah mengajari kita lewat kalimat yang menjadi SYARAT MUTLAK masuk Islam. Laa ilaaha illallah… Muhammadan Rosulullah.. Tidak ada Illah kecuali Allah. Illah itu apa? Illah itu pembimbing, yang dicintai, yang dipanuti, yang ditakuti pokoknya yang segala-galanya bagi kita. Tempat kita meminta perlindungan sekaligus memohon harapan.

Kembali ke soal sombong. Sombong itu artinya apa sih? Jika mengacu pada peristiwa perintah sujud kepada nabi Adam dimana saat itu Iblis enggan menuruti perintah karena merasa lebih baik maka sombong adalah:

MERENDAHKAN ORANG LAIN DAN MENGANGGAP DIRINYA LEBIH DARIPADA ORANG TERSEBUT

Jadi, jika ada dalam diri kita merasa lebih yang diikuti dengan merendahkan pihak lain, maka itulah bentuk kesombongan. Lebih disini tidak harus lebih baik lho, sering kali justru lebih buruk. Contohnya seperti ini:

Ada seorang pengusaha mengatakan, “Saya biasa sholat dhuha 8 rakaat dan sedekah minimal 20% dari penghasilan”. Lalu kita mengatakan, “Gitu aja diomongkan. Dasar riya'”.

Nah, perkataan seperti ini menunjukkan kesombongan kita. Merasa dirinya LEBIH IKHLAS dari pengusaha itu. Dan boleh jadi juga menunjukkan kalau dia lebih buruk artinya mungkin dia malah dhuhanya cuma 2 atau 4 rakaat itupun bolong-bolong atau sedekahnya cuma 2,5% doang 🙂

Contoh lain:

Ada mobil lewat depan kita, lalu teman kita berkata, “Wah pak Bejo pakai mobil mercy sekarang”. Lalu kita nyeletuk, “Mentang-mentang punya mobil baru tuh dipamer-pamerin. Dasar orang kaya sombong”.

Dalam kasus ini, kita sudah merasa LEBIH RENDAH DIRI dari pak Bejo. Ada juga merasa LEBIH MISKIN, merasa LEBIH LOW PROFILE, merasa LEBIH JELEK mungkin? Pokoknya kalau merasa lebih daripada orang lain yang diikuti dengan merendahkan pihak lain, maka kita sudah masuk dalam kesombongan.

Bagaimana dengan orang yang membanggakan diri?

Bangga dengan diri sendiri itu harus, bahkan wajib. Tapi jangan merendahkan orang lain. Tak perlu membuat perbandingan, karena ketika ada pembanding, saat itulah kita sudah jatuh pada kesombongan. Contohnya gini, kita tulis di profil twitter:

“Saya adalah programmer top Indonesia, pengusaha online dan menguasai PHP, HTML, MySQL dan Javascript.”

Itu adalah bentuk kepercayaan diri. Sedangkan jika seperti ini:

“Kalau cuma gitu aja sih, saya juga bisa”

Itulah bentuk kesombongan. Jadi selama ada pembanding, maka disitulah letak kesombongan. Bagaimanakah jika terjadi persaingan. Misalnya dalam urusan proyek. Maka gunakan bahasa yang dipakai antara Jin Ifrit dan Ulama saat nabi Sulaiman menawarkan tender memindah singgasana ratu Balqis. Apa kata Jin Ifrit?

“Saya dapat memindah singgasana sebelum engkau berdiri dari tempat dudukmu”

dan apa kata Ulama?

“Saya dapat memindah singgasana sebelum matamu selesai berkedip”

Lihat? Keduanya menggunakan kalimat kepercayaan diri. Sama sekali tak ada upaya menjatuhkan pesaing. Seandainya saja semua pengusaha dan politikus menggunakan konsep ini, pasti negeri ini akan sangat jauh berkembang.

Capres A : “Saya punya rencana untuk menjadikan rupiah menguat hingga Rp. 2500/USD”
Capres B : “Saya akan buat negeri ini jadi negeri pengekspor beras terbesar di dunia”
Capres C : “Program saya akan menghasilkan 2 juta pengusaha baru dalam 5 tahun ke depan”

Wow… menyenangkan bukan kalau pemilu isinya seperti itu. Kita kemudian jadi males ketika kemudian mulai ada kampanye negatif, saling menjatuhkan dan mengungkap aib kompetitor. Akhirnya energi untuk meningkatkan kualitas negeri habis hanya untuk menyerang dan menyerang balik 🙁

Bersainglah seperti perlombaan lari. Semua berhasil sampai finish yang membedakan hanyalah kecepatannya saja

Iblis dijamin masuk neraka karena sombong. Apakah kita juga mau ikut-ikutan?

Masukkan alamat email anda untuk mendapat update terbaru:

3 thoughts on “Percaya Diri vs Sombong”

  1. Bismillahirrahmanirrahim.

    Menarik sekali Pak.
    Saya ingin menanggapi.

    1.) Maaf Pak, penulisan yang benar (sesuai transliterasi Bahasa Indonesia)adalah: “ilah” yaitu arti singkatnya sesembahan, termasuk yang paling dicintai, yang paling diharapkan, dan yang paling ditakuti.

    2.) Kalimat Laa ilaaha illallah makna singkatnya adalah: Tidak ada yang berhak disembah kecuali Allah.
    Atau: Tidak ada yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah.

    3.) Tentang sifat sombong, Rosululloh shollallohu’alaihi wa sallam pernah ditanya, apakah baju yang bagus dan sandal yang bagus yang dipakai dihadapan orang lain termasuk kesombongan?

    Beliau menjawab (yang maknanya): Bukan. Akan tetapi sombong adalah menolak kebenaran dan merendahkan orang lain.

  2. Kesombongan itu perbedaannya sangat tipis dengan syaitan dan iblis, bila kita memiliki kesombongan sudah pasti kita termasuk golongan mereka, naudzubilah hamindalid…

Comments are closed.